Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal II-2018 Direvisi Naik ke 4,2%

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 August 2018 20:35
Produk Domestik Bruto (PDB) AS direvisi naik ke 4,2% pada periode April-Juni 2018
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC IndonesiaPertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) di kuartal II-2018 ternyata lebih kencang daripada yang awalnya diperkirakan. Melonjaknya pengeluaran usaha di perangkat lunak, serta menurunnya impor, menjadi energi utama bagi meroketnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal lalu.

Produk Domestik Bruto (PDB) AS meningkat sebesar 4,2% dari kuartal sebelumnya pada periode April-Juni 2018, sesuai dengan pembacaan kedua yang dilaporkan Departemen Perdagangan AS.

Capaian itu mampu naik tipis dari pertumbuhan sebesar 4,1% pada pembacaan pertama, yang dirilis pada bulan Juli 2018 lalu. Sebagai informasi, kenaikan itu merupakan yang terkencang sejak kuartal III-2014.

Tidak hanya itu, pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS itu juga mampu mengungguli ekspektasi pasar yang meramalkan revisi ke bawah menjadi 4%. 



Revisi kenaikan pertumbuhan ekonomi AS tersebut disokong oleh pengeluaran usaha untuk perangkat lunak yang ternyata lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya. Kemudian, sang negeri adidaya juga ternyata mengimpor lebih sedikit daripada diestimasikan pada pembacaan pertama.

Apabila dibandingkan dengan kuartal II-2017, ekonomi AS tumbuh 2,9%, direvisi naik dari sebelumnya 2,8%. Kemudian, sepanjang semester I-2018, pertumbuhan ekonomi AS mencapai 3,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), juga direvisi naik dari 3,1% YoY.

Artinya, pertumbuhan ekonomi AS pada 6 awal bulan ini telah melebihi target pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebesar 3% YoY.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi AS yang kuat di kuartal lalu, dikhawatirkan tidak akan berkelanjutan. Pasalnya, meroketnya ekonomi AS di kuartal II-2018 dipicu oleh paket pemangkasan pajak sebesar US$1,5 triliun, yang akhirnya memberikan suntikan sesaat bagi pengeluaran konsumen, setelah pada kuartal I-2018 cenderung loyo.

Kemudian, ekspor kedelai yang dilakukan secara front-loading, atau banyak dilakukan mendahului jadwal semestinya, juga menopang kuatnya ekonomi AS di kuartal lalu. Hal ini nampaknya dilakukan eksportir kedelai sebelum bea impor China berlaku.

Ke depannya, sejumlah risiko justru harus dihadapi oleh ekonomi AS. Meski pengeluaran konsumen nampak tetap kuat di awal kuartal III-2018, namun pasar perumahan tercatat melemah cukup signifikan. Pembangunan rumah menurun lebih dalam dari ekspektasi pada bulan Juli 2018, sementara penjualan rumah baru dan bekas juga anjlok.

Kemudian, kebijakan pemerintahan Trump berjuluk "America First", telah menyulut eskalasi perang dagang antara AS dan China, bahkan dengan sejumlah "kawan lama" seperti Uni Eropa dan Kanada. Hal ini tentunya menjadi risiko terbesar bagi perekonomian AS hingga akhir tahun nanti.  

(RHG/wed) Next Article Ekonomi AS Tumbuh 3,5%, Kadin: Waspadai Capital Outflow

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular