Rupiah Masih Menguat, Tapi Wajib Waspada
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 August 2018 08:35

Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) sebenarnya masih melemah 0,04% pada pukul 08:17 WIB. Namun pelemahan indeks ini sudah jauh menipis, karena malam tadi sempat mencapai minus 0,46%.
Pemberat laju dolar AS hari ini adalah tercapainya kesepakatan dagang AS-Meksiko dalam pembaruan kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Presiden AS Donald Trump memang lebih menyukai jalur bilateral ketimbang multilateral. Dia lebih memilih mendatangi satu negara demi satu negara untuk mendapatkan kesepakatan daripada harus berdiskusi dan berdebat dengan banyak negara dalam satu forum.
"Saya lebih suka bilateral. Saya pikir itu lebih baik bagi negara kami," ujar Trump beberapa waktu lalu, dikutip dari Reuters.
Salah satu poin kesepakatan AS-Meksiko adalah di sektor otomotif. Kandungan dalam negeri dalam produk otomotif dinaikkan dari 62,5% menjadi 75%. Ini akan menggairahkan produksi otomotif di kedua negara.
Setelah sepakat dengan Meksiko, AS dikabarkan akan segera duduk bersama dengan Kanada. Jika Kanada tidak sepakat, maka Trump mengancam akan mengenakan bea masuk bagi mobil-mobil buatan Negeri Daun Maple.
"Saya rasa kalau dengan Kanada yang paling gampang adalah mengenakan bea masuk bagi mobil-mobil mereka. Itu uang yang sangat besar, jadi negosiasinya mudah. Bisa diselesaikan dalam sehari, dan kami bisa mendapat keuntungan," kata Trump, mengutip Reuters.
Pihak Kanada sendiri siap bernegosiasi dengan AS. "Kanada akan bergabung di dalam diskusi isu bilateral maupun trilateral. Kami senang melakukannya, apalagi saat isu bilateral Meksiko-AS telah selesai," kata Chrystia Freeland, Menteri Luar Negeri Kanada, dikutip dari Reuters.
Perang dagang adalah sebuah isu besar yang bisa mempengaruhi laju perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu mencermati setiap perkembangannya.
Saat ini dinamika perdagangan cenderung damai, tidak ada perang. Oleh karena itu, investor bisa mengembuskan nafas lega dan kembali berburu aset. Bahkan aset-aset berisiko di negara berkembang pun bisa menjadi pilihan.
Jika investor global benar-benar masuk ke pasar negara berkembang, maka Indonesia bisa menjadi salah satu pilihan. Ini bisa menjadi modal untuk penguatan rupiah lebih lanjut.
Namun dengan pelemahan dolar AS yang sudah cukup tajam justru membuat mata uang ini menjadi menarik karena harganya kian terjangkau. Akibatnya, aksi buru dolar AS kembali terjadi sehingga perlahan tapi pasti nilainya kembali menguat. Koreksi Dollar Index semakin menipis, dan greenback bahkan sudah menguat terhadap mayoritas mata uang utama Asia.
Rupiah harus waspada, karena apresiasinya semakin tipis. Bukan tidak mungkin rupiah nantinya ikut melemah karena amukan mata uang Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pemberat laju dolar AS hari ini adalah tercapainya kesepakatan dagang AS-Meksiko dalam pembaruan kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Presiden AS Donald Trump memang lebih menyukai jalur bilateral ketimbang multilateral. Dia lebih memilih mendatangi satu negara demi satu negara untuk mendapatkan kesepakatan daripada harus berdiskusi dan berdebat dengan banyak negara dalam satu forum.
"Saya lebih suka bilateral. Saya pikir itu lebih baik bagi negara kami," ujar Trump beberapa waktu lalu, dikutip dari Reuters.
Setelah sepakat dengan Meksiko, AS dikabarkan akan segera duduk bersama dengan Kanada. Jika Kanada tidak sepakat, maka Trump mengancam akan mengenakan bea masuk bagi mobil-mobil buatan Negeri Daun Maple.
"Saya rasa kalau dengan Kanada yang paling gampang adalah mengenakan bea masuk bagi mobil-mobil mereka. Itu uang yang sangat besar, jadi negosiasinya mudah. Bisa diselesaikan dalam sehari, dan kami bisa mendapat keuntungan," kata Trump, mengutip Reuters.
Pihak Kanada sendiri siap bernegosiasi dengan AS. "Kanada akan bergabung di dalam diskusi isu bilateral maupun trilateral. Kami senang melakukannya, apalagi saat isu bilateral Meksiko-AS telah selesai," kata Chrystia Freeland, Menteri Luar Negeri Kanada, dikutip dari Reuters.
Perang dagang adalah sebuah isu besar yang bisa mempengaruhi laju perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, pelaku pasar perlu mencermati setiap perkembangannya.
Saat ini dinamika perdagangan cenderung damai, tidak ada perang. Oleh karena itu, investor bisa mengembuskan nafas lega dan kembali berburu aset. Bahkan aset-aset berisiko di negara berkembang pun bisa menjadi pilihan.
Jika investor global benar-benar masuk ke pasar negara berkembang, maka Indonesia bisa menjadi salah satu pilihan. Ini bisa menjadi modal untuk penguatan rupiah lebih lanjut.
Namun dengan pelemahan dolar AS yang sudah cukup tajam justru membuat mata uang ini menjadi menarik karena harganya kian terjangkau. Akibatnya, aksi buru dolar AS kembali terjadi sehingga perlahan tapi pasti nilainya kembali menguat. Koreksi Dollar Index semakin menipis, dan greenback bahkan sudah menguat terhadap mayoritas mata uang utama Asia.
Rupiah harus waspada, karena apresiasinya semakin tipis. Bukan tidak mungkin rupiah nantinya ikut melemah karena amukan mata uang Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular