Ada Cerita Positif di Balik Pelemahan Rupiah, Apa itu?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 August 2018 17:00

Sebenarnya ada hal positif yang bisa dipetik pada perdagangan rupiah hari ini. Setelah melemah cukup dalam, perlahan rupiah mampu menipiskan depresiasinya meski saat penutupan pasar masih terjebak di teritori negatif.
Setidaknya ada dua hal yang mungkin menjadi penyebabnya. Pertama adalah dolar AS memang agak menginjak pedal rem setelah menguat lumayan tajam dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Pada pukul 16:28 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi rupiah relatif terhadap enam mata uang utama) melemah 0,15%. Sejak siang tadi, indeks ini sudah mengalami koreksi.
Greenback terpeleset karena investor keluar sejenak untuk mengambil keuntungan atas penguatan yang terjadi dalam 2 hari ini. Selain itu, pelaku pasar juga tengah menantikan pertemuan tahunan The Federal Reserve/The Fed di Jackson Hole, Wyoming, malam ini waktu Indonesia.
Investor memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali lagi sampai akhir tahun, atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali selama 2018.
Sejauh ini, yang agak terkonfirmasi adalah kenaikan pada September dengan kemungkinan 96% berdasarkan CME Fedwatch. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi pada Desember, yang menurut CME Fedwatch punya probabilitas 62,8%. Lumayan tinggi, tetap belum cukup kuat.
Oleh karena itu, investor ingin mencari petunjuk lebih lanjut dari pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole Meeting. Apabila Powell memberikan kode-kode mengenai kenaikan suku bunga empat kali, maka dolar AS akan kembali menggila.
Selagi menunggu, pelaku pasar memilih untuk keluar sejenak. Keluarnya arus modal terlihat di pasar obligasi pemerintah AS, di mana imbal hasil (yield) bergerak naik. Kenaikan yield adalah pertanda harga sedang turun karena tekanan jual.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 16:36 WIB, seluruh tenor mencatat kenaikan:
Sementara kemungkinan kedua adalah intervensi Bank Indonesia. Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengungkapkan bahwa bank sentral melakukan langkah stabilisasi di dua pasar, yaitu valas dan obligasi negara.
"BI hari ini melanjutkan intervensi untuk menahan pelemahan rupiah," ungkapnya.
Operasi gerilya BI di pasar sedikit banyak membantu meringankan depresiasi rupiah. Tanpa intervensi BI, bisa jadi pelemahan rupiah lebih dalam dari 0,08%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Setidaknya ada dua hal yang mungkin menjadi penyebabnya. Pertama adalah dolar AS memang agak menginjak pedal rem setelah menguat lumayan tajam dalam 2 hari perdagangan terakhir.
Pada pukul 16:28 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi rupiah relatif terhadap enam mata uang utama) melemah 0,15%. Sejak siang tadi, indeks ini sudah mengalami koreksi.
Greenback terpeleset karena investor keluar sejenak untuk mengambil keuntungan atas penguatan yang terjadi dalam 2 hari ini. Selain itu, pelaku pasar juga tengah menantikan pertemuan tahunan The Federal Reserve/The Fed di Jackson Hole, Wyoming, malam ini waktu Indonesia.
Investor memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali lagi sampai akhir tahun, atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali selama 2018.
Sejauh ini, yang agak terkonfirmasi adalah kenaikan pada September dengan kemungkinan 96% berdasarkan CME Fedwatch. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi pada Desember, yang menurut CME Fedwatch punya probabilitas 62,8%. Lumayan tinggi, tetap belum cukup kuat.
Oleh karena itu, investor ingin mencari petunjuk lebih lanjut dari pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole Meeting. Apabila Powell memberikan kode-kode mengenai kenaikan suku bunga empat kali, maka dolar AS akan kembali menggila.
Selagi menunggu, pelaku pasar memilih untuk keluar sejenak. Keluarnya arus modal terlihat di pasar obligasi pemerintah AS, di mana imbal hasil (yield) bergerak naik. Kenaikan yield adalah pertanda harga sedang turun karena tekanan jual.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 16:36 WIB, seluruh tenor mencatat kenaikan:
Sementara kemungkinan kedua adalah intervensi Bank Indonesia. Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengungkapkan bahwa bank sentral melakukan langkah stabilisasi di dua pasar, yaitu valas dan obligasi negara.
"BI hari ini melanjutkan intervensi untuk menahan pelemahan rupiah," ungkapnya.
Operasi gerilya BI di pasar sedikit banyak membantu meringankan depresiasi rupiah. Tanpa intervensi BI, bisa jadi pelemahan rupiah lebih dalam dari 0,08%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular