
Ini Kata Bos BEI Soal Rupiah & Penurunan IHSG
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
24 August 2018 14:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menilai kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengendalikan depresiasi rupiah akan menjadi perhatian investor.
"Kalau dari sisi bursa, kami lebih banyak melihat kepada pemerintah, jadi sebetulnya reaksi investor itu dari pemerintah. Jadi saat ini kami melihat sudah banyak kebijakan-kebijakan yang cukup drastis dilakukan, misalnya impor-impor kita dan segalam macam," ujarnya di Gedung BEI, Jumat (24/8/18).
Hal tersebut disampaikan Inarno merespons pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi hingga ke level Rp 14.650/US$. Depresiasi rupiah hari ini telah membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,33% ke level 5.963,21 pada penutupan sesi I.
Dari awal tahun hingga hari ini depresiasi rupiah tercatat sudah mencapai 6,9%. Sementara itu IHSG pada periode yang sama sudah terkoreksi 6,17%.
Dalam situasi seperti ini, investor membutuhkan kepasatian. Oleh karena itu, tambah Inarno, tugas utama BEI saat ini adalah meyakinkan investor bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain, seperti Turki yang mengalami krisis karena nilai tukar mata uang anjlok dalam.
"Pemerintah sudah cukup tanggap dengan hal ini. Jadi kami meyakinkan para pelaku pasar bahwa Indonesia masih tetap bagus," tambahnya.
Inarno menambahkan, meskipun sentimen negatif lebih dominan di bursa saham domestik tahun ini, frekuensi perdagangan harian tetap ramai. Investor lokal lebih aktif dan menjadi penyokong utama yang membuat bursa domestik semarak.
Meskipun investor asing banyak keluar tahun ini, tetapi investor lokal bisa membuat aktivitas transaksi di bursa semarak.
"Kalau kami lihat frekuensi dari lokal cukup bagus, tercatat di tabel 390 ribu transaksi per hari. Which is, itu di atsanya Thailand dan di ASEAN mungkin kita yang tertinggi," ungkapnya.
(hps) Next Article BEI Targetkan Transaksi Harian di Bursa Capai Rp 9 T di 2020
"Kalau dari sisi bursa, kami lebih banyak melihat kepada pemerintah, jadi sebetulnya reaksi investor itu dari pemerintah. Jadi saat ini kami melihat sudah banyak kebijakan-kebijakan yang cukup drastis dilakukan, misalnya impor-impor kita dan segalam macam," ujarnya di Gedung BEI, Jumat (24/8/18).
Hal tersebut disampaikan Inarno merespons pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi hingga ke level Rp 14.650/US$. Depresiasi rupiah hari ini telah membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,33% ke level 5.963,21 pada penutupan sesi I.
Dalam situasi seperti ini, investor membutuhkan kepasatian. Oleh karena itu, tambah Inarno, tugas utama BEI saat ini adalah meyakinkan investor bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain, seperti Turki yang mengalami krisis karena nilai tukar mata uang anjlok dalam.
"Pemerintah sudah cukup tanggap dengan hal ini. Jadi kami meyakinkan para pelaku pasar bahwa Indonesia masih tetap bagus," tambahnya.
Inarno menambahkan, meskipun sentimen negatif lebih dominan di bursa saham domestik tahun ini, frekuensi perdagangan harian tetap ramai. Investor lokal lebih aktif dan menjadi penyokong utama yang membuat bursa domestik semarak.
Meskipun investor asing banyak keluar tahun ini, tetapi investor lokal bisa membuat aktivitas transaksi di bursa semarak.
"Kalau kami lihat frekuensi dari lokal cukup bagus, tercatat di tabel 390 ribu transaksi per hari. Which is, itu di atsanya Thailand dan di ASEAN mungkin kita yang tertinggi," ungkapnya.
(hps) Next Article BEI Targetkan Transaksi Harian di Bursa Capai Rp 9 T di 2020
Most Popular