Minus 0,21%, Pelemahan Rupiah Paling Dalam di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 August 2018 12:30
Minus 0,21%, Pelemahan Rupiah Paling Dalam di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus melemah. Bahkan rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya sejak September 2015. 

Pada Jumat (24/8/2018) pukul 12:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.655. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Rupiah melemah 0,14% saat pembukaan pasar. Selepas pembukaan, rupiah terus melemah. Bahkan rupiah sempat menyentuh Rp 14,660/US$, terlemah sepanjang tahun ini dan sejak September 2015. 

Sampai tengah hari ini, posisi terlemah rupiah ada di Rp 14.660/US$. Sementara terkuatnya adalah Rp 14.640/US$. 

 

Tidak hanya terhadap rupiah, dolar AS pun menguat terhadap beberapa mata uang utama Asia. Dengan depresiasi 0,21%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap greenback pada pukul 12:08 WIB: 

 

Sejatinya laju penguatan dolar AS mulai tertahan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, melemah 0,13% pada pukul 12:11 WIB. 

Sepertinya investor mulai melepas dolar AS dan aset-aset berbasis mata uang ini. Sebab, mata uang Negeri Paman Sam sudah menguat lumayan tajam dalam 2 hari terakhir. Kemungkinan investor melakukan ambil untung barang sejenak sehingga menekan Dollar Index. 

Sedangkan pelepasan aset-aset berbasis dolar AS terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Kenaikan yield adalah pertanda harga sedang turun karena tekanan jual. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 12:14 WIB: 



Namun, ada kemungkinan dolar AS akan kembali menguat. Pasalnya, investor berpotensi kembali masuk ke pasar keuangan Negeri Adidaya. Malam nanti waktu Indonesia, The Federal Reserve/The Fed akan memulai pertemuan tahunan di Jackson Hole, Wyoming.

Investor memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali lagi sampai akhir tahun, atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali selama 2018. 

Sejauh ini, yang agak terkonfirmasi adalah kenaikan pada September dengan kemungkinan 96% berdasarkan CME Fedwatch. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi pada Desember, yang menurut CME Fedwatch punya probabilitas 62,8%. Lumayan tinggi, tetap belum cukup kuat. 

Oleh karena itu, investor ingin mencari petunjuk lebih lanjut dari pidato Powell di Jackson Hole Meeting. Apabila Powell memberikan kode-kode mengenai kenaikan suku bunga empat kali, maka dolar AS akan kembali menggila.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular