
Menguat Hari Ketiga, Pasar Obligasi Mulai Reli
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
23 August 2018 10:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi dibuka menguat hari ini, memulai reli harga seiring dengan penguatan di pasar saham yang positif. Penguatan sudah terjadi sejak Senin mekipun dengan penguatan yang terbatas dan tanpa adanya tekanan beli yang berarti di pasar.
Merujuk data Reuters, apresiasi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari naiknya harga empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus memangkas tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun , FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri paling menguat adalah acuan 5 tahun dan 10 tahun dengan penurunan yield 8 basis poin (bps) dan 6 bps menjadi 7,7% dan 7,81%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun juga menguat meskipun lebih terbatas, yaitu 4 bps dan 3 bps menjadi 8,21% dan 8,36%.
Meskipun menguat, jumlah kenaikan harga yang terjadi belum menunjukkan adanya tekanan beli dalam jumlah yang signifikan. Dari sisi kepemilikan investor, pemodal asing juga belum terlihat masuk ke pasar SBN karena porsi kepemilikannya masih belum beranjak dari level 37,5% dibanding total obligasi pemerintah yang beredar per 16 Agustus.
Penguatan harga di pasar domestik tersebut turut membuat selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) betenor serupa menyempit dalam jumlah kecil.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,81% dan berselisih 4,995% dengan SBN tenor 10 tahun 7,814%. Spread tersebut lebih kecil dibanding posisi Selasa 4,996%.
Spread yang mengecil tersebut, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, mencerminkan investor global sudah mulai menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek ke instrumen lebih berisiko.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar saham masih menguat signifikan hingga siang ini yaitu naik 40 poin (0,69%) menjadi 5.983.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru melemah sejak pagi di hadapan dolar AS. Rupiah melemah 48 poin (0,33%) menjadi Rp 14.631 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Intip Cuan dari Obligasi, Hari Ini Berpotensi Reli Lagi
Merujuk data Reuters, apresiasi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari naiknya harga empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus memangkas tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun , FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Dua seri acuan lain yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun juga menguat meskipun lebih terbatas, yaitu 4 bps dan 3 bps menjadi 8,21% dan 8,36%.
Meskipun menguat, jumlah kenaikan harga yang terjadi belum menunjukkan adanya tekanan beli dalam jumlah yang signifikan. Dari sisi kepemilikan investor, pemodal asing juga belum terlihat masuk ke pasar SBN karena porsi kepemilikannya masih belum beranjak dari level 37,5% dibanding total obligasi pemerintah yang beredar per 16 Agustus.
Penguatan harga di pasar domestik tersebut turut membuat selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) betenor serupa menyempit dalam jumlah kecil.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,81% dan berselisih 4,995% dengan SBN tenor 10 tahun 7,814%. Spread tersebut lebih kecil dibanding posisi Selasa 4,996%.
Spread yang mengecil tersebut, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, mencerminkan investor global sudah mulai menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek ke instrumen lebih berisiko.
Penguatan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar saham masih menguat signifikan hingga siang ini yaitu naik 40 poin (0,69%) menjadi 5.983.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru melemah sejak pagi di hadapan dolar AS. Rupiah melemah 48 poin (0,33%) menjadi Rp 14.631 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Intip Cuan dari Obligasi, Hari Ini Berpotensi Reli Lagi
Most Popular