
Dibayangi Sejumlah Risiko, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 August 2018 09:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,26%, indeks Shanghai naik 0,01%, indeks Hang Seng naik 0,28%, indeks Kospi naik 0,41%, dan indeks Strait Times naik 0,95%.
Pelaku pasar nampak cukup optimis menantikan hasil negosiasi antara AS dengan China di bidang perdagangan yang digelar pada 22-23 Agustus waktu setempat. Etikat baik dari kedua negara yang mau kembali berunding diharapkan bisa menyelesaikan friksi di bidang perdagangan yang selama ini telah memberikan tekanan bagi bursa saham dunia.
Di sisi lain, sejumlah risiko membayangi jalannya perdagangan. Pertama, potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve yang semakin nyata. Persepsi itu timbul pasca rilis risalah rapat yang diadakan tanggal 31 Juli hingga 1 Agustus.
Dalam risalah tersebut, the Fed mengisyaratkan bahwa bank sentral akan terus melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Banyak partisipan mengusulkan bahwa bila data yang masuk terus mendukung proyeksi perekonomian mereka saat ini, sepertinya akan segera pantas untuk mengambil langkah lanjutan dalam penarikan kebijakan yang akomodatif," menurut risalah tersebut, dilansir dari Reuters.
Para pengambil kebijakan di the Fed secara umum mencatat bahwa belanja rumah tangga AS dan pelaku usaha tampaknya memiliki momentum yang dapat dipertimbangkan.
"Saya membaca ini sebagai konfirmasi lanjutan bahwa the Fed yakin akan pengetatan kebijakannya dan sangat tidak mungkin untuk berubah haluan," kata Jeff Greenberg, ekonom di JPMorgan Private Bank.
Selain itu, risiko juga datang dari vonis bersalah terhadap Michael Cohen, mantan pengacara Presiden AS Donald Trump. Cohen divonis atas sejumlah tindak pidana yang menurutnya dilakukan atas suruhan sang presiden.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Pelaku pasar nampak cukup optimis menantikan hasil negosiasi antara AS dengan China di bidang perdagangan yang digelar pada 22-23 Agustus waktu setempat. Etikat baik dari kedua negara yang mau kembali berunding diharapkan bisa menyelesaikan friksi di bidang perdagangan yang selama ini telah memberikan tekanan bagi bursa saham dunia.
Di sisi lain, sejumlah risiko membayangi jalannya perdagangan. Pertama, potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve yang semakin nyata. Persepsi itu timbul pasca rilis risalah rapat yang diadakan tanggal 31 Juli hingga 1 Agustus.
"Banyak partisipan mengusulkan bahwa bila data yang masuk terus mendukung proyeksi perekonomian mereka saat ini, sepertinya akan segera pantas untuk mengambil langkah lanjutan dalam penarikan kebijakan yang akomodatif," menurut risalah tersebut, dilansir dari Reuters.
Para pengambil kebijakan di the Fed secara umum mencatat bahwa belanja rumah tangga AS dan pelaku usaha tampaknya memiliki momentum yang dapat dipertimbangkan.
"Saya membaca ini sebagai konfirmasi lanjutan bahwa the Fed yakin akan pengetatan kebijakannya dan sangat tidak mungkin untuk berubah haluan," kata Jeff Greenberg, ekonom di JPMorgan Private Bank.
Selain itu, risiko juga datang dari vonis bersalah terhadap Michael Cohen, mantan pengacara Presiden AS Donald Trump. Cohen divonis atas sejumlah tindak pidana yang menurutnya dilakukan atas suruhan sang presiden.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular