
Krisis Turki Berlanjut, Bursa Saham Asia Ditutup Bervariasi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 August 2018 17:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi pada hari ini: indeks Shanghai naik 1,11%, indeks Hang Seng naik 1,41%, indeks Kospi naik 0,04%, indeks Nikkei turun 0,32%, dan indeks Strait Times turun 0,15%.
Krisis nilai tukar di Turki yang masih berlanjut memberikan tekanan bagi bursa saham Benua Kuning. Hingga akhir perdagangan bursa saham Asia, lira melemah sebesar 1,55% melawan dolar AS di pasar spot.
Pelemahan lira menimbulkan kekhawatiran bahwa bank-bank yang memberi pinjaman kepada nasabah di Turki akan berada dalam tekanan. Di Asia, ada Jepang yang memiliki eksposur cukup besar terhadap pelemahan lira.
Bank-bank asal Jepang diketahui meminjamkan uang senilai US$ 14 miliar kepada nasabah di Turki.
Situasi antara AS dengan Turki memang masih panas, terlebih setelah Turki menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters.
Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Sisi positifnya, tekanan yang ada bisa agak diredam oleh meredanya tensi perang dagang antara AS dengan China. Meredanya tensi perang dagang antar kedua negara dibuktikan dengan negosiasi yang akan digelar di Washington pada 21-22 Agustus mendatang, seperti dilansir dari Wall Street Journal.
Nantinya, delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, sementara delegasi AS akan dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan AS untuk Hubungan Internasional David Malpass.
Sebelumnya, perundingan sebanyak 4 kali yang telah dilakukan kedua belah pihak tak mampu menyelesaikan perang dagang yang sudah membuat bursa saham dunia kocar-kacir. Kini, investor kembali menaruh harapan yang besar.
"Bagus jika mereka mengirim delegasi ke sini. Kami berdua sudah agak lama tidak melakukan itu," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Tidak hanya dengan China, hubungan AS dengan para tetangganya pun membaik. Ildefonso Guajardo, Menteri Ekonomi Meksiko, menyebutkan perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) diperkirakan selesai pekan ini. Isu-isu yang menghambat jalannya perjanjian AS-Meksiko-Kanada tersebut sudah hampir selesai diinventarisasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Krisis nilai tukar di Turki yang masih berlanjut memberikan tekanan bagi bursa saham Benua Kuning. Hingga akhir perdagangan bursa saham Asia, lira melemah sebesar 1,55% melawan dolar AS di pasar spot.
Pelemahan lira menimbulkan kekhawatiran bahwa bank-bank yang memberi pinjaman kepada nasabah di Turki akan berada dalam tekanan. Di Asia, ada Jepang yang memiliki eksposur cukup besar terhadap pelemahan lira.
Situasi antara AS dengan Turki memang masih panas, terlebih setelah Turki menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters.
Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Sisi positifnya, tekanan yang ada bisa agak diredam oleh meredanya tensi perang dagang antara AS dengan China. Meredanya tensi perang dagang antar kedua negara dibuktikan dengan negosiasi yang akan digelar di Washington pada 21-22 Agustus mendatang, seperti dilansir dari Wall Street Journal.
Nantinya, delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, sementara delegasi AS akan dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan AS untuk Hubungan Internasional David Malpass.
Sebelumnya, perundingan sebanyak 4 kali yang telah dilakukan kedua belah pihak tak mampu menyelesaikan perang dagang yang sudah membuat bursa saham dunia kocar-kacir. Kini, investor kembali menaruh harapan yang besar.
"Bagus jika mereka mengirim delegasi ke sini. Kami berdua sudah agak lama tidak melakukan itu," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Tidak hanya dengan China, hubungan AS dengan para tetangganya pun membaik. Ildefonso Guajardo, Menteri Ekonomi Meksiko, menyebutkan perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) diperkirakan selesai pekan ini. Isu-isu yang menghambat jalannya perjanjian AS-Meksiko-Kanada tersebut sudah hampir selesai diinventarisasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular