Momen Langka, Rupee Jadi yang Terkuat di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2018 14:21
Momen Langka, Rupee Jadi yang Terkuat di Asia
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini menjadi momen yang indah bagi mata uang rupee India. Sentimen positif laporan Fitch Ratings membuat mata uang Negeri Anak Benua jadi yang terkuat di Asia.

Pada Senin (20/8/2018), US$ 1 setara dengan INR 69,74. Rupee menguat sampai 0,49% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Meski penguatan hari ini belum mengubah nasib rupee yang melemah 8,9% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun.



Dengan apresiasi 0,49%, rupee menjadi mata uang dengan apresiasi terbaik di Asia saat ini. Rupee seringkali menjadi mata uang Asia paling apes. Oleh karena itu, momentum hari ini menjadi pencapaian tersendiri bagi mata uang Negeri Bollywood.

Berikut perkembangan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 13:36 WIB:



Penguatan rupee didukung oleh laporan lembaga pemeringkat (rating agency) Fitch Ratings. Hari ini, Fitch melaporkan bahwa kecil kemungkinan India mengalami penurunan peringkat utang karena depresiasi rupee.

Saat ini, rating India versi Fitch ada di BBB- dengan outook stabil. Bahkan Indonesia punya rating lebih baik yaitu BBB dengan outlook stabil.

"Dampak pelemahan nilai tukar terhadap profil utang India sepertinya terbatas. Ini karena pembiayaan eksternal yang masih kuat," sebut laporan Fitch.

World Investment Report 2018 yang diterbitkan UN Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebutkan India masih menjadi salah satu pilihan utama investor global untuk investasi di sektor riil. Tahun lalu, India menduduki peringkat empat dalam daftar negara yang menerima aliran investasi terbesar di dunia. Sedangkan Indonesia duduk di peringkat lima.



Selain itu, laporan Fitch juga menyebutkan India masih bisa mempertahankan defisit transaksi berjalan di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto pada 2018. Pada akhir kuartal II-2018, India membukukan defisit transaksi berjalan (current account deficit) sebesar 2,34% PDB. Lebih rendah ketimbang Indonesia yang mencapai 3,04% PDB.



"Oleh karena itu, risiko nilai tukar di India dan arus modal keluar sepertinya tidak akan banyak mempengaruhi profil kredit," tulis riset Fitch.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Nasib Mata Uang BRICS: Dulu Disayang, Kini Ditendang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular