Rupiah ke Rp 14.600/US$, BI: Beda Cerita Kalau Bunga Tak Naik
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 August 2018 16:42
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini kembali menembus level Rp 14.600/US$, meskipun sempat menguat pasca kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengemukakan, bukan tidak mungkin tekanan terhadap nilai tukar rupiah jauh lebih dalam apabila bank sentral dalam rapat dewan gubernur (RDG) bulan ini mengerek bunga acuan.
"Kalau tidak ada kenaikan [bunga acuan], ceritanya akan berbeda," kata Dody di kompleks parlemen, Kamis (16/8/2018).
Keputusan BI menaikkan bunga acuan 7 day reverse repo rate memang berhasil membawa rupiah kembali terapresiasi. Meski demikian, dampak dari kenaikan suku bunga hanya bersifat jangka pendek.
Menurut Dody, dinamika eksternal memang menjadi faktor utama yang menekan pergerakan nilai tukar. Maka dari itu, BI menegaskan akan tetap hadir di pasar keuangan untuk melakukan langkah stabilisasi.
"Kami akan tetap ada di pasar untuk melakukan intervensi kombinasi antara suku bunga dan gradual intervention," tegasnya.
Rupiah Sudah Jauh dari Fundamentalnya
Meskipun melakukan intervensi, namun BI menegaskan akan tetap menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan mekanisme pasar. Akan tetapi, bank sentral menganggap rupiah sudah jauh dari fundamentalnya.
"Bagi kami ini sudah di luar fundamental yang sebenarnya," katanya.
Untuk saat ini, BI akan tetap menjaga volatilitas nilai tukar rupiah agar tidak jatuh terlalu dalam dengan melakukan berbagai upaya, baik itu melalui intervensi di pasar valas maupun SBN atau bahkan kenaikan bunga acuan.
Namun, jika rupiah sudah mulai stabil, BI pun akan mengurangi porsi intervensi. Utamanya, intervensi yang dalam beberapa bulan terakhir dilakukan melalui kenaikan bunga acuan.
"Kita harap rupiah semakin stabil ke depannya. Setelah itu, kami akan kurangi porsi melakukan intervensi suku bunga," tegasnya.
(dru) Next Article Pukul 13:00 WIB: Rupiah Tetap di Rp 14.325/US$
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengemukakan, bukan tidak mungkin tekanan terhadap nilai tukar rupiah jauh lebih dalam apabila bank sentral dalam rapat dewan gubernur (RDG) bulan ini mengerek bunga acuan.
"Kalau tidak ada kenaikan [bunga acuan], ceritanya akan berbeda," kata Dody di kompleks parlemen, Kamis (16/8/2018).
Menurut Dody, dinamika eksternal memang menjadi faktor utama yang menekan pergerakan nilai tukar. Maka dari itu, BI menegaskan akan tetap hadir di pasar keuangan untuk melakukan langkah stabilisasi.
"Kami akan tetap ada di pasar untuk melakukan intervensi kombinasi antara suku bunga dan gradual intervention," tegasnya.
Rupiah Sudah Jauh dari Fundamentalnya
Meskipun melakukan intervensi, namun BI menegaskan akan tetap menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan mekanisme pasar. Akan tetapi, bank sentral menganggap rupiah sudah jauh dari fundamentalnya.
"Bagi kami ini sudah di luar fundamental yang sebenarnya," katanya.
Untuk saat ini, BI akan tetap menjaga volatilitas nilai tukar rupiah agar tidak jatuh terlalu dalam dengan melakukan berbagai upaya, baik itu melalui intervensi di pasar valas maupun SBN atau bahkan kenaikan bunga acuan.
Namun, jika rupiah sudah mulai stabil, BI pun akan mengurangi porsi intervensi. Utamanya, intervensi yang dalam beberapa bulan terakhir dilakukan melalui kenaikan bunga acuan.
"Kita harap rupiah semakin stabil ke depannya. Setelah itu, kami akan kurangi porsi melakukan intervensi suku bunga," tegasnya.
(dru) Next Article Pukul 13:00 WIB: Rupiah Tetap di Rp 14.325/US$
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular