Dialog AS-China dan Kenaikan Suku Bunga Dongrak Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2018 12:29
Faktor Eksternal dan Domestik Bantu Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Dolar AS memang sedang tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama) melemah cukup dalam, yaitu 0,54% pada pukul 12:08 WIB. 

Tekanan terhadap dolar AS datang dari perkembangan positif hubungan AS dan China. Mengutip Reuters, delegasi dari Beijing akan bertandang ke Washington pada akhir bulan ini untuk membahas isu-isu perdagangan. 

Delegasi China akan dipimpin oleh Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan. Sementara AS akan diwakili oleh David Malpass, penasihat Kementerian Keuangan AS bidang perdagangan internasional. 

Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi kick-off dari pertandingan perang dagang. 

"AS telah melakukan distorsi terhadap pasar global dan mengusik kepentingan China. Oleh karena itu, China menempuh jalan penyelesaian sengketa di WTO untuk mempertahankan hak dan kepentingannya dalam menjaga ketertiban perdagangan multilateral," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters. 

Namun dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. 

Dana-dana pun mulai meninggalkan greenback dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia. Situasi ini membuat mata uang Benua Kuning cenderung menguat, termasuk rupiah. 

Sementara dari dalam negeri, penguatan rupiah juga disokong oleh kenaikan suku bunga acuan. Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Agustus 2018, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. 

Kenaikan suku bunga acuan sepertinya mulai membuat aliran modal asing masuk ke Indonesia, terutama ke instrumen berpendapatan tetap (fixed income). Ini bisa dilihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. 

Untuk tenor 10 tahun, yield turun 0,4 bps. Sementara tenor 20 tahun turun 1,7 bps dan 25 tahun turun 3,7 bps. Penurunan yield adalah pertanda harga sedang naik, cerminan maraknya permintaan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular