
Rupiah Melemah Lagi, IHSG Dibuka Anjlok Nyaris 1%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 August 2018 09:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok 0,99% pada pembukaan perdagangan ke level 5.759,16. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia juga dibuka di zona merah: indeks Nikkei turun 0,22%, indeks Kospi turun 1,14%, indeks Strait Times turun 0,41%, indeks Shanghai turun 1,17%, dan indeks Hang Seng turun 0,85%.
Rupiah yang kembali melemah membuat investor langsung tancap gas melakukan aksi jual. Di pasar spot, rupiah melemah 0,07% melawan dolar AS ke level Rp 14.605.
Kemarin, rupiah menguat seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 5,5%. Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah dikerek naik sebesar 125bps.
Pada hari ini, kebijakan BI tak cukup ampuh untuk mendongkrak nilai tukar rupiah. Melebarnya defisit neraca perdagangan terbukti lebih dominan dalam menentukan arah pergerakan mata uang Garuda.
Pada bulan Juli, neraca perdagangan mencatatkan defisit sebesar US$ 2,03 miliar, melebar dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,74 miliar. Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan impor yang begitu kencang yakni sebesar 31,56% YoY. Sementara itu, ekspor hanya tumbuh sebesar 19,33% YoY.
Defisit pada bulan Juli juga jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni sebesar US$ 640 juta, hasil dari ekspor yang tumbuh sebesar 11,3% YoY dan impor yang tumbuh sebesar 13,4% YoY.
Apabila ditarik secara historis, defisit neraca perdagangan bulan lalu merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir atau sejak Juli 2013. Sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan sudah mencapai US$ 3,1 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang begitu lebar akan memberikan tekanan lebih lanjut bagi defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD). Pada kuartal-II 2018, CAD sudah menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Rupiah yang kembali melemah membuat investor langsung tancap gas melakukan aksi jual. Di pasar spot, rupiah melemah 0,07% melawan dolar AS ke level Rp 14.605.
Kemarin, rupiah menguat seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 5,5%. Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah dikerek naik sebesar 125bps.
Pada bulan Juli, neraca perdagangan mencatatkan defisit sebesar US$ 2,03 miliar, melebar dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,74 miliar. Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan impor yang begitu kencang yakni sebesar 31,56% YoY. Sementara itu, ekspor hanya tumbuh sebesar 19,33% YoY.
Defisit pada bulan Juli juga jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni sebesar US$ 640 juta, hasil dari ekspor yang tumbuh sebesar 11,3% YoY dan impor yang tumbuh sebesar 13,4% YoY.
Apabila ditarik secara historis, defisit neraca perdagangan bulan lalu merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir atau sejak Juli 2013. Sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan sudah mencapai US$ 3,1 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang begitu lebar akan memberikan tekanan lebih lanjut bagi defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD). Pada kuartal-II 2018, CAD sudah menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Most Popular