
Tertolong Penguatan Rupiah, IHSG Menguat 0,81%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 August 2018 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat anjlok hingga 1,39%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,81% ke level 5.816,59. IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia berguguran: indeks Nikkei turun 0,68%, indeks Shanghai turun 2,06%, indeks Hang Seng turun 1,55%, dan indeks Strait Times turun 0,47%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,99 triliun dengan volume sebanyak 8,13 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.995 kali.
IHSG sempat tertekan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor periode Juli, dimana ekspor tercatat tumbuh sebesar 19,33% YoY, sementara impor meroket hingga 31,56% YoY. Akibat impor yang begitu kencang, neraca perdagangan mencatatkan defisit sebesar US$ 2,03 miliar, melebar dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,74 miliar.
Defisit pada bulan Juli juga jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni sebesar US$ 640 juta, hasil dari ekspor yang tumbuh sebesar 11,3% YoY dan impor yang tumbuh sebesar 13,4% YoY.
Apabila ditarik secara historis, defisit neraca perdagangan bulan lalu merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir atau sejak Juli 2013. Sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan sudah mencapai US$ 3,1 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang begitu lebar akan memberikan tekanan lebih lanjut bagi defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD). Pada kuartal-II 2018, CAD sudah menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Sebagai catatan kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Namun, wajah IHSG diselamatkan oleh penguatan rupiah yang sebesar 0,14% ke level Rp 14.595/dolar AS. Penguatan rupiah terjadi pasca Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 5,5%. Sebelumnya, rupiah melemah di hadapan dolar AS dengan titik terendah berada di level Rp 14.646/dolar AS. Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah dikerek naik sebesar 125bps.
Kenaikan suku bunga acuan kali ini merupakan hal yang mengejutkan. Pasalnya, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,25%. Dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya memperkirakan tidak ada kenaikan.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,56%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+1,99%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,39%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,2%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,27%).
Dari sisi eksternal, semakin panasnya perselisihan antara AS dengan Turki membuat bursa saham Benua Kuning melemah. Turki telah menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters. Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dikabarkan mulai frustrasi karena Turki tidak kunjung membebaskan Andrew Brunson, pastur asal AS yang ditahan karena tuduhan ikut mendukung gerakan kudeta yang gagal pada 2016 lalu. Brunson memang sudah tidak dipenjara, tetapi kini masih berstatus tahanan rumah.
"Presiden sangat frustrasi karena Brunson belum dibebaskan. Beliau berkomitmen 100% untuk membawa Brunson pulang," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip Reuters.
Jika keinginan itu tidak kunjung dipenuhi, maka AS akan menyiapkan sanksi baru buat Turki. Sebelumnya, AS telah 'menghukum' Turki dengan menaikkan bea masuk atas impor baja dan aluminium.
"Pemerintah akan tegas soal ini. Belum ada perkembangan dalam kasus Brunson, dan bila tidak ada tindakan nyata dalam beberapa hari atau minggu ke depan, maka tindakan lanjutan akan ditempuh. Tekanan akan meningkat," ungkap salah seorang pejabat teras Gedung Putih, mengutip Reuters.
Terlepas dari rupiah yang bisa membalikkan keadaan, investor asing malah melakukan jual bersih sebesar Rp 353 miliar. Walaupun terbukti ampuh dalam menstabilkan nilai tukar, kenaikan suku bunga acuan sangat mungkin menghantam laju perekonomian dalam negeri, seiring dengan kenaikan suku bunga kredit perbankan.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 135,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 99,7 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 66,2 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 50,4 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 42,3 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,99 triliun dengan volume sebanyak 8,13 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.995 kali.
IHSG sempat tertekan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor periode Juli, dimana ekspor tercatat tumbuh sebesar 19,33% YoY, sementara impor meroket hingga 31,56% YoY. Akibat impor yang begitu kencang, neraca perdagangan mencatatkan defisit sebesar US$ 2,03 miliar, melebar dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,74 miliar.
Apabila ditarik secara historis, defisit neraca perdagangan bulan lalu merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir atau sejak Juli 2013. Sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan sudah mencapai US$ 3,1 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang begitu lebar akan memberikan tekanan lebih lanjut bagi defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD). Pada kuartal-II 2018, CAD sudah menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Padahal pada kuartal-I 2018, defisitnya hanya sebesar 2,21% dari PDB.
Sebagai catatan kali terakhir CAD menyentuh level 3% dari PDB adalah pada kuartal-III 2014 silam. Pada 3 bulan kedua tahun ini, nilai nominal dari CAD mencapai US$ 8,03 miliar, sementara pada kuartal-I nilainya hanya sebesar US$ 5,72 miliar.
Namun, wajah IHSG diselamatkan oleh penguatan rupiah yang sebesar 0,14% ke level Rp 14.595/dolar AS. Penguatan rupiah terjadi pasca Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 5,5%. Sebelumnya, rupiah melemah di hadapan dolar AS dengan titik terendah berada di level Rp 14.646/dolar AS. Sepanjang tahun ini, suku bunga acuan sudah dikerek naik sebesar 125bps.
Kenaikan suku bunga acuan kali ini merupakan hal yang mengejutkan. Pasalnya, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,25%. Dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya memperkirakan tidak ada kenaikan.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,56%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+1,99%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,39%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,2%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,27%).
Dari sisi eksternal, semakin panasnya perselisihan antara AS dengan Turki membuat bursa saham Benua Kuning melemah. Turki telah menaikkan tarif impor terhadap beberapa produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan atas kebijakan AS yang menaikkan bea masuk baja dan aluminium asal Turki menjadi masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Produk-produk asal Negeri Paman Sam yang dijadikan sasaran diantaranya adalah mobil penumpang, minuman beralkohol, dan tembakau, seperti dikutip dari Reuters. Peraturan yang ditandatangani Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan itu menaikkan bea impor mobil penumpang menjadi sebesar 120%, 140% untuk minuman beralkohol, dan 60% untuk daun tembakau.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dikabarkan mulai frustrasi karena Turki tidak kunjung membebaskan Andrew Brunson, pastur asal AS yang ditahan karena tuduhan ikut mendukung gerakan kudeta yang gagal pada 2016 lalu. Brunson memang sudah tidak dipenjara, tetapi kini masih berstatus tahanan rumah.
"Presiden sangat frustrasi karena Brunson belum dibebaskan. Beliau berkomitmen 100% untuk membawa Brunson pulang," kata Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip Reuters.
Jika keinginan itu tidak kunjung dipenuhi, maka AS akan menyiapkan sanksi baru buat Turki. Sebelumnya, AS telah 'menghukum' Turki dengan menaikkan bea masuk atas impor baja dan aluminium.
"Pemerintah akan tegas soal ini. Belum ada perkembangan dalam kasus Brunson, dan bila tidak ada tindakan nyata dalam beberapa hari atau minggu ke depan, maka tindakan lanjutan akan ditempuh. Tekanan akan meningkat," ungkap salah seorang pejabat teras Gedung Putih, mengutip Reuters.
Terlepas dari rupiah yang bisa membalikkan keadaan, investor asing malah melakukan jual bersih sebesar Rp 353 miliar. Walaupun terbukti ampuh dalam menstabilkan nilai tukar, kenaikan suku bunga acuan sangat mungkin menghantam laju perekonomian dalam negeri, seiring dengan kenaikan suku bunga kredit perbankan.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 135,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 99,7 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 66,2 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 50,4 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 42,3 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Most Popular