Ini Sebab Khusus Neraca Dagang Bengkak US$ 2 Miliar

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
15 August 2018 13:20
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juli 2018 mengalami defisit sebesar US$ 2,03 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juli 2018 mengalami defisit sebesar US$ 2,03 miliar. Defisit ini cukup lebar dibandingkan Juli 2017 sebesar US$ 278,7 juta.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan defisit pada Juli ini disebabkan oleh defisit sektor migas sebesar US$ 1,19 miliar dan sektor nonmigas defisit US$ 84 juta.

Defisit sektor migas disebabkan karena impor yang lebih tinggi mencapai US$2,6 miliar dibandingkan ekspor yang hanya mencapai US$ 1,42 miliar. Kemudian impor nonmigas US$ 15,65 miliar dan ekspor hanya US$ 14,81 miliar.

Impor migas Juli 2018 mencapai US$ 2,61 miliar atau naik 22,20% dibanding Juni 2018 dan meningkat 47,09% dibanding Juli 2017.

Impor yang naik adalah impor minyak mentah sebesar US$ 622,2 juta, hasil minyak sebesar US$ 1,7 miliar dan impor gas sebesar US$ 284,6 juta.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Juli 2018 dibanding Juni 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik US$1.096,3 juta, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar US$35,8 juta.

Selain itu, Suhariyanto menyebutkan bahwa defisit ini tertinggi sejak terakhir kali pada tahun 2013. Setelah itu, baru kali ini lagi Indonesia mengalami defisit hingga US$ 2 miliar.

"Defisit tertinggi Juli 2013 sebesar US$ 2,3 miliar," kata dia.

Berikut abstraksi ekspor dan impor Juli 2018 :

Ekspor

Nilai ekspor Indonesia Juli 2018 mencapai US$16,24 miliar atau meningkat 25,19 persen dibanding ekspor Juni 2018. Demikian juga dibanding Juli 2017 meningkat 19,33 persen.

Ekspor nonmigas Juli 2018 mencapai US$14,81 miliar, naik 31,18 persen dibanding Juni 2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Juli 2017, naik 19,03 persen.

Secara kumulatf, nilai ekspor Indonesia Januari-Juli 2018 mencapai US$104,24 miliar atau meningkat 11,35 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$94,21 miliar atau meningkat 11,05 persen.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Juli 2018 terhadap Juni 2018 terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar US$285,6 juta (67,50 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$86,0 juta (15,99 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Juli 2018 naik 6,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 37,43 persen, sementara ekspor hasil pertanian turun 7,50 persen.

Ekspor nonmigas Juli 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,19 miliar, disusul Jepang US$1,59 miliar dan Amerika Serikat US$1,56 miliar, dengan kontribusi ketganya mencapai 36,09 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,46 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Juli 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$17,40 miliar (16,69 persen), diikut Jawa Timur US$10,98 miliar (10,53 persen) dan Kalimantan Timur US$10,76 miliar (10,32 persen)

Impor

Nilai impor Indonesia Juli 2018 mencapai US$18,27 miliar atau naik 62,17 persen dibanding Juni 2018, demikian pula jika dibandingkan Juli 2017 meningkat 31,56 persen.

Impor nonmigas Juli 2018 mencapai US$15,66 miliar atau naik 71,54 persen dibanding Juni 2018, demikian juga jika dibanding Juli 2017 naik 29,28 persen.

Impor migas Juli 2018 mencapai US$2,61 miliar atau naik 22,20 persen dibanding Juni 2018 dan meningkat 47,09 persen dibanding Juli 2017.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Juli 2018 dibanding Juni 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik US$1.096,3 juta (71,95 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar US$35,8 juta (20,00 persen).

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juli 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai US$24,83 miliar (27,39 persen), Jepang US$10,45 miliar (11,53 persen), dan Thailand US$6,34 miliar (6,99 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 20,55 persen, sementara dari Uni Eropa 9,27 persen.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Juli 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 27,03 persen, 22,99 persen, dan 30,44 persen.



(dru) Next Article 'Ada yang Lebih Mengerikan dari Sekadar Defisit Migas'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular