Banjir Sentimen Positif, Harga Batu Bara Dekati US$120 Lagi

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
15 August 2018 10:06
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup menguat sebesar 0,77% ke angka US$118,4/metrik ton (MT)
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup menguat sebesar 0,77% ke angka US$118,4/metrik ton (MT) pada perdagangan hari Selasa (14/08/2018). Harga si batu hitam mulai pulih pasca melemah sebesar 0,68% di sepanjang pekan lalu.



Berbagai macam sentimen positif berdatangan menyokong harga batu bara kemarin. Pertama, jumlah persediaan batu bara di enam pembangkit listrik utama China turun 1,4% secara week-to-week (WtW) menjadi 15,13 juta ton pada hari Jumat (10/08/2018), menurut data yang dihimpun China Coal Resource.

Data ini lantas mengindikasikan bahwa konsumsi batu bara di Negeri Tirai Bambu (khususnya untuk sektor pembangkit listrik) masih cukup tinggi.

Biro Statistik China memang melaporkan bahwa produksi listrik selama periode Januari-Juli 2018 masih mencatatkan kenaikan sebesar 7,8% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Secara rinci, produksi listrik dari pembangkit yang menggunakan batu bara termal masih naik 4,3% YoY pada bulan Juli 2018, meskipun secara bulanan (month-to-month/MtM) mengalami penurunan 2%.

Sebelumnya, muncul sentimen bahwa konsumsi batu bara di Negeri Tirai Bambu akan berkurang akibat berlalunya cuaca panas ekstrim.

Namun, kenyataannya konsumsi batu bara di negeri berpenduduk terbanyak di dunia itu masih cukup tinggi walaupun menunjukkan tren perlambatan. Hal ini lantas masih mampu menyokong harga batu bara.

Kedua, produksi batu bara China di bulan Juli 2018 mengalami penurunan sebesar 2% YoY ke angka 281,5 juta MT. Penurunan tersebut merupakan yang pertama kalinya di tahun ini.

Penyebabnya adalah inspeksi lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah China pada sejumlah sentra produksi batu bara di Negeri Panda, yang dimulai pada bulan Juni 2018 lalu.

Akibatnya, untuk memenuhi konsumsi batu bara domestik, China menggenjot impornya pada bulan lalu. Mengutip Reuters, impor batu bara China bulan lalu naik 14% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 29,01 juta ton, tertinggi dalam 4,5 tahun.

Ketiga, India, negara konsumen batu bara utama dunia lainnya, mengimpor batu bara sebesar 57,99 juta ton pada periode April-Juni 2018, meningkat 4,1% dari periode yang sama tahun lalu.

Menteri batu bara India Piyush Gosal juga melaporkan bahwa selama 2017-2018, impor batu bara telah meningkat ke angka 208,27 juta ton akibat permintaan yang kuat dari sektor konsumsi, seperti dikutip Reuters.

Hal ini lantas mengindikasikan pulihnya konsumsi batu bara Negeri Bollywood. Sebagai informasi, impor batu bara India telah jatuh cukup dalam sebelumnya, dari 217,7 juta ton di 2014-2015 menjadi 190,9 juta ton pada periode 2016-2017.

Keempat, Whitehaven Coal, salah satu perusahaan pertambangan besar di Australia, memproyeksikan bahwa permintaan batu bara termal masih akan kuat pada tahun ini, didoron oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat di Asia, sekaligus meningkatnya operasional pembangkit listrik tenaga batu bara di kawasan tersebut.

Kini, tidak hanya China, negara-negara seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam, juga meningkatkan impornya, melansir laporan Whitehaven. Bangladesh dan Pakistan juga diperkirakan akan menggenjot impornya, untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik yang baru saja dibangun. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(RHG/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular