
Masalah Turki Belum Usai, Indeks Shanghai dan Hang Seng Turun
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 August 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dan Hang Seng dibuka melemah, masing-masing sebesar 0,13% dan 0,1%.
Krisis nilai tukar di turki yang tak kunjung usai membuat investor memilih untuk kembali meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Pasca menguat 7,37% melawan dolar AS pada perdagangan kemarin di pasar spot, pada pagi hari ini lira kembali melemah sebesar 0,62%.
Ketika lira kembali melemah, ketakutan mengenai tekanan terhadap bank-bank yang meminjamkan uang kepada nasabah di Turki menjadi mencuat kembali.
Lira belum bisa terus menguat lantaran perselisihan dengan AS masih berlanjut, bahkan bertambah parah. Pasalnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan memboikot berbagai produk elektronik asal Amerika Serikat (AS).
"Kami akan memboikot barang-barang elektronik AS," ujarnya dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dilaporkan oleh AFP. "Jika [AS] punya iPhone, ada Samsung di lain pihak."
Kemarin, lira menguat lantaran bank sentral Turki menenangkan investor global dengan menyatakan bahwa mereka akan menyediakan sebanyak mungkin likuiditas bagi bank-bank dalam negeri. Selain itu, bank sentral juga siap sedia dalam memantau perkembangan dari krisis ekonomi di Negeri Kebab.
Lebih lanjut, Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan bahwa pemerintah akan melindungi nilai tukar lira, sembari menambahkan bahwa ia berpendapat nilai tukar lira akan menguat.
Tekanan bagi kedua bursa saham juga datang dari rilis data ekonomi di China yang tak menggembirakan. Kemarin, pertumbuhan produksi industri periode Juli diumumkan di level 6% YoY, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode yang sama hanya tumbuh sebesar 8,8% YoY, juga lebih rendah dari konsensus yang sebesar 9,1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Krisis nilai tukar di turki yang tak kunjung usai membuat investor memilih untuk kembali meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Pasca menguat 7,37% melawan dolar AS pada perdagangan kemarin di pasar spot, pada pagi hari ini lira kembali melemah sebesar 0,62%.
Ketika lira kembali melemah, ketakutan mengenai tekanan terhadap bank-bank yang meminjamkan uang kepada nasabah di Turki menjadi mencuat kembali.
"Kami akan memboikot barang-barang elektronik AS," ujarnya dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dilaporkan oleh AFP. "Jika [AS] punya iPhone, ada Samsung di lain pihak."
Kemarin, lira menguat lantaran bank sentral Turki menenangkan investor global dengan menyatakan bahwa mereka akan menyediakan sebanyak mungkin likuiditas bagi bank-bank dalam negeri. Selain itu, bank sentral juga siap sedia dalam memantau perkembangan dari krisis ekonomi di Negeri Kebab.
Lebih lanjut, Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan bahwa pemerintah akan melindungi nilai tukar lira, sembari menambahkan bahwa ia berpendapat nilai tukar lira akan menguat.
Tekanan bagi kedua bursa saham juga datang dari rilis data ekonomi di China yang tak menggembirakan. Kemarin, pertumbuhan produksi industri periode Juli diumumkan di level 6% YoY, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 6,3% YoY. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode yang sama hanya tumbuh sebesar 8,8% YoY, juga lebih rendah dari konsensus yang sebesar 9,1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Most Popular