
Lira Turki Rebound, Wall Street Ikut Tenang
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
15 August 2018 06:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks utama Wall Street menutup perdagangan hari Selasa (14/8/2018) di zona hijau setelah mata uang Turki, lira, mampu rebound dari posisi terendahnya dan memberi investor sentimen positif.
Dow Jones Industrial Average menguat 0,45% menjadi 25.299,92, S&P 500 naik 0,6% ke 2.839,96, dan Nasdaq Composite melompat 0,7% ke level 7.870,89.
Saham-saham teknologi berkontribusi terhadap kenaikan tersebut sebab Apple dan Amazon menguat masing-masing 0,4% dan 1,2%. Sementara itu, saham-saham bank juga ikut naik setelah Goldman Sachs, Citigroup, dan Morgan Stanley ditutup bertambah lebih dari 1%, CNBC International melaporkan.
Lira menguat sekitar 8% menjadi 6,36 lira per dolar Amerika Serikat (AS) hari Selasa setelah anjlok ke posisi terendah 7,24 lira per dolar hari Senin. Mata uang ini berada dalam tekanan karena pasar mengkhawatirkan ketegangan yang memuncak antara Turki dan AS.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia mendukung kenaikan tarif impor baja dan alumnium dari Turki hingga dua kali lipat.
Ketegangan di antara kedua negara meningkat setelah delegasi Turki meninggalkan Washington pekan lalu tanpa kemajuan berarti terkait nasib pastor AS Andrew Brunson yang ditahan karena diduga terlibat kudeta Turki tahun 2016.
Turki juga sedang menghadapi permasalahan ekonomi di mana inflasi tengah meroket. Bulan lalu, inflasi Turki menyentuh 16%, jauh di atas target 5% yang ditetapkan bank sentralnya. Permasalahan ekonomi itu dikhawatirkan akan menyebar hingga ke Eropa.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average menguat 0,45% menjadi 25.299,92, S&P 500 naik 0,6% ke 2.839,96, dan Nasdaq Composite melompat 0,7% ke level 7.870,89.
Saham-saham teknologi berkontribusi terhadap kenaikan tersebut sebab Apple dan Amazon menguat masing-masing 0,4% dan 1,2%. Sementara itu, saham-saham bank juga ikut naik setelah Goldman Sachs, Citigroup, dan Morgan Stanley ditutup bertambah lebih dari 1%, CNBC International melaporkan.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia mendukung kenaikan tarif impor baja dan alumnium dari Turki hingga dua kali lipat.
Ketegangan di antara kedua negara meningkat setelah delegasi Turki meninggalkan Washington pekan lalu tanpa kemajuan berarti terkait nasib pastor AS Andrew Brunson yang ditahan karena diduga terlibat kudeta Turki tahun 2016.
Turki juga sedang menghadapi permasalahan ekonomi di mana inflasi tengah meroket. Bulan lalu, inflasi Turki menyentuh 16%, jauh di atas target 5% yang ditetapkan bank sentralnya. Permasalahan ekonomi itu dikhawatirkan akan menyebar hingga ke Eropa.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular