
Rupee India Jeblok, Harga CPO Lanjutkan Pelemahan
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
14 August 2018 14:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Oktober 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak melemah tipis 0,05% ke level MYR2.203/ton hingga pukul 13.30 WIB hari ini.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah terkoreksi selama 4 hari berturut-turut. Pada perdagangan kemarin, harga CPO malah amblas hingga 1,69% ke level terendahnya hampir dalam dua pekan terakhir.
Faktor yang menjadi pemberat bagi harga CPO hari ini datang dari kejatuhan mata uang Rupee India. Pada perdagangan kemarin, rupee terdepresiasi hingga 1,64% hingga menyentuh titik terendahnya sepanjang sejarah.
Seperti diketahui, Negeri Bollywood merupakan importir CPO terbesar di dunia. Dengan melemahnya rupee, maka kemampuan India untuk melakukan impor akan berkurang. Hal ini kemudian menjadi indikasi bahwa permintaan CPO global akan mengalami penurunan.
Di sisi lain, produksi Malaysia dan Indonesia, dua negara produsen CPO terbesar di dunia, justru sedang perkasa. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan kenaikan produksi CPO Malaysia sebesar 12,8% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 1,5 juta ton, pada bulan Juli 2018.
Dari data lainnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia juga naik 6,8% MtM di bulan Juli 2018. Namun, secara tahunan (year-on-year/YoY), ekspor menurun hingga 13,57%.
Hal serupa terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia turun 2% YoY pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton.
Kemudian, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton, di periode yang sama.
(RHG/hps) Next Article Harga CPO Masih Tinggi, Pekan Depan Bisa Bikin Berdebar!
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini sudah terkoreksi selama 4 hari berturut-turut. Pada perdagangan kemarin, harga CPO malah amblas hingga 1,69% ke level terendahnya hampir dalam dua pekan terakhir.
Seperti diketahui, Negeri Bollywood merupakan importir CPO terbesar di dunia. Dengan melemahnya rupee, maka kemampuan India untuk melakukan impor akan berkurang. Hal ini kemudian menjadi indikasi bahwa permintaan CPO global akan mengalami penurunan.
Di sisi lain, produksi Malaysia dan Indonesia, dua negara produsen CPO terbesar di dunia, justru sedang perkasa. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan kenaikan produksi CPO Malaysia sebesar 12,8% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 1,5 juta ton, pada bulan Juli 2018.
Dari data lainnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia juga naik 6,8% MtM di bulan Juli 2018. Namun, secara tahunan (year-on-year/YoY), ekspor menurun hingga 13,57%.
Hal serupa terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia turun 2% YoY pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton.
Kemudian, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton, di periode yang sama.
Saat permintaan diekspektasikan mengalami perlambatan, namun pasokan justru berlebih, sudah pasti harga CPO akan terpukul.
Meski demikian, pelemahan harga CPO terbatas oleh harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBOT) yang menguat nyaris 1% pada perdagangan kemarin.
Harga minyak kedelai mulai pulih pasca akhir pekan lalu terjun bebas akibat pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang memperkirakan stok minyak biji-bijian Negeri Paman Sam akan membengkak ke rekor tertingginya dalam sejarah.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai anjlok, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
Meski demikian, pelemahan harga CPO terbatas oleh harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBOT) yang menguat nyaris 1% pada perdagangan kemarin.
Harga minyak kedelai mulai pulih pasca akhir pekan lalu terjun bebas akibat pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang memperkirakan stok minyak biji-bijian Negeri Paman Sam akan membengkak ke rekor tertingginya dalam sejarah.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai anjlok, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(RHG/hps) Next Article Harga CPO Masih Tinggi, Pekan Depan Bisa Bikin Berdebar!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular