Krisis Turki Berlanjut, Bursa Saham Asia Kurang Bergairah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2018 09:08
Bursa saham utama kawasan Asia bergerak dibuka dalam rentang yang tipis pada pagi hari ini.
Foto: REUTERS/Yuya Shino
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia bergerak dibuka dalam rentang yang tipis pada pagi hari ini: indeks Kospi naik 0,06%, indeks Hang Seng naik 0,01%, indeks Strait Times turun 0,06%, dan indeks Shanghai flat di level 2.785,87. Sementara itu, indeks Nikkei bisa mencatatkan penguatan yang lumayan yakni sebesar 0,9%.

Krisis mata uang di Turki yang tak kunjung usai membuat bursa saham Benua Kuning tak bisa berbuat banyak, terlepas dari koreksi yang sudah dicatatkan pada perdagangan kemarin (13/8/2018).

Pada pagi ini, lira diperdagangkan melemah 0,65% melawan dolar AS di pasar spot. Kemarin, pelemahannya mencapai 6,7%. Presiden Turki Tayyip Erdogan memang memproyeksikan tekanan pada ekonomi Turki akan berlanjut. Erdogan pun semakin mengumbar perselisihan dengan pihak AS dengan mengatakan bahwa tindakan AS baru-baru ini merupakan sikap menusuk Ankara dari belakang.

Seperti diketahui sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja asal Turki sebesar 50%. Aluminium juga kena bea masuk 20%. Kebijakan Trump ini merupakan balasan terhadap langkah Turki yang menahan seorang Pastur asal AS, Andrew Brunson. Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.

Pada dini hari tadi, krisis di Turki juga berhasil menyeret Wall Street turun: indeks Dow Jones melemah 0,5%, S&P 500 melemah 0,4%, dan Nasdaq melemah 0,1%.

Investor akan mencermati rilis data ekonomi di China. Pada pukul 09:00 WIB, data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Juli dan data pertumbuhan produksi industri periode yang sama akan diumumkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular