
Anjlok 6,80%, BMRI Saham Bank Buku IV Koreksi Paling Dalam
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
13 August 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada perdagangan hari ini terkoreksi paling dalam dari jajaran saham-saham bank yang ramai ditransaksikan hari ini.
Harga saham BMRI tercatat turun 6,80% ke level harga Rp 6.850/saham. Volume transaksi tercatat mencapai 15,25 juta saham senilai Rp 113,37 miliar.
Salah satu sentimen yang mempengaruhi penjualan saham BMRI adalah sikap Bank Indonesia (BI) menegaskan tak akan segan-segan melakukan intervensi, bahkan kembali menaikkan suku bunga acuan untuk tetap menjaga stabilitas khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.
Hal tersebut merespons kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus mengalami tekanan sejak awal tahun. Rupiah pada hari ini, Senin (13/8/2018), menembus level psikologis baru sebesar Rp 14.600/US$.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia. BI, kata dia, sudah menyiapkan berbagai langkah untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah. Rencana ini tentu saja akan mempengaruhi tingkat profitabilitas saham perbankan dan berpotensi membuat penyaluran kredit jadi tertekan.
Dari sisi kinerja, BMRI encatatkan laba bersih Ro 12,2 triliun pada semester I -2018. Angka ini naik 28,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 9,5 triliun. Pertumbuhan laba Bank Mandiri terutama didorong fee based income sebesar Rp12,9 Triliun, atau tumbuh 18,1% secara tahunan (YoY) yang diiringi dengan penurunan biaya CKPN 15,4% (YoY).
Selain itu, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh satu digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis. Di samping itu, Bank Mandiri juga secara konsisten terus memperbaiki kualitas kredit produktif, antara lain melalui strategi collection yang efektif.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross 3,13% dan margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) turun dari 5,88% jadi 5,7%.
Hingga kuartal II-2018, Bank Mandiri berhasil salurkan kredit Rp 762,5 triliun atau tumbuh 11,8%. Adapun DPK tumbuh 5,5% menjadi Rp 803 triliun.
Hery melanjutkan, bisnis Bank Mandiri senantiasa berorientasi pada penciptaan nilai tambah. Hal ini terlihat dari komposisi portofolio kredit dimana 78,2% bersifat produktif, dan hanya 21,8% yang bersifat konsumtif.
Hingga Juni 2018, penyaluran kredit investasi Bank Mandiri mencapai Rp206,4 triliun, tumbuh 7,2% secara yoy, sedangkan kredit modal kerja naik 9,8% menjadi Rp 318,5 triliun.
Pada triwulan II-2018, dana murah Bank Mandiri mencapai Rp 519 triliun dengan rasio dana murah terhadap total DPK tercatat sebesar 64,60%, nilai tersebut meningkat 20 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 25,9 triliun menjadi Rp 332,1 triliun, dan kenaikan giro sebesar Rp 2,7 triliun menjadi Rp 186,7 triliun. Sedangkan biaya dana Bank Mandiri non-konsolidasi juga berhasil diturunkan menjadi 2,63% dari posisi akhir Juni tahun lalu yang mencapai 2,93%.
Dari awal tahun, harga saham BMRI tercatat sudah turun 14,38%.
(hps/roy) Next Article Mandiri Bakal Turunkan Bunga Kredit, Wow! Jadi Berapa Persen?
Harga saham BMRI tercatat turun 6,80% ke level harga Rp 6.850/saham. Volume transaksi tercatat mencapai 15,25 juta saham senilai Rp 113,37 miliar.
Salah satu sentimen yang mempengaruhi penjualan saham BMRI adalah sikap Bank Indonesia (BI) menegaskan tak akan segan-segan melakukan intervensi, bahkan kembali menaikkan suku bunga acuan untuk tetap menjaga stabilitas khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia. BI, kata dia, sudah menyiapkan berbagai langkah untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah. Rencana ini tentu saja akan mempengaruhi tingkat profitabilitas saham perbankan dan berpotensi membuat penyaluran kredit jadi tertekan.
Dari sisi kinerja, BMRI encatatkan laba bersih Ro 12,2 triliun pada semester I -2018. Angka ini naik 28,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 9,5 triliun. Pertumbuhan laba Bank Mandiri terutama didorong fee based income sebesar Rp12,9 Triliun, atau tumbuh 18,1% secara tahunan (YoY) yang diiringi dengan penurunan biaya CKPN 15,4% (YoY).
Selain itu, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh satu digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis. Di samping itu, Bank Mandiri juga secara konsisten terus memperbaiki kualitas kredit produktif, antara lain melalui strategi collection yang efektif.
Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross 3,13% dan margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) turun dari 5,88% jadi 5,7%.
Hingga kuartal II-2018, Bank Mandiri berhasil salurkan kredit Rp 762,5 triliun atau tumbuh 11,8%. Adapun DPK tumbuh 5,5% menjadi Rp 803 triliun.
Hery melanjutkan, bisnis Bank Mandiri senantiasa berorientasi pada penciptaan nilai tambah. Hal ini terlihat dari komposisi portofolio kredit dimana 78,2% bersifat produktif, dan hanya 21,8% yang bersifat konsumtif.
Hingga Juni 2018, penyaluran kredit investasi Bank Mandiri mencapai Rp206,4 triliun, tumbuh 7,2% secara yoy, sedangkan kredit modal kerja naik 9,8% menjadi Rp 318,5 triliun.
Pada triwulan II-2018, dana murah Bank Mandiri mencapai Rp 519 triliun dengan rasio dana murah terhadap total DPK tercatat sebesar 64,60%, nilai tersebut meningkat 20 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 25,9 triliun menjadi Rp 332,1 triliun, dan kenaikan giro sebesar Rp 2,7 triliun menjadi Rp 186,7 triliun. Sedangkan biaya dana Bank Mandiri non-konsolidasi juga berhasil diturunkan menjadi 2,63% dari posisi akhir Juni tahun lalu yang mencapai 2,93%.
Dari awal tahun, harga saham BMRI tercatat sudah turun 14,38%.
(hps/roy) Next Article Mandiri Bakal Turunkan Bunga Kredit, Wow! Jadi Berapa Persen?
Most Popular