Dolar Makin Mahal, Sri Mulyani Jelaskan Strategi Utang RI

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 August 2018 12:36
Ketidakpastian perekonomian global khususnya memanasnya kondisi Turki tidak memengaruhi upaya pemerintah mencari sumber pembiayaan luar
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika ketidakpastian perekonomian global khususnya memanasnya kondisi Turki sama sekali tidak memengaruhi upaya pemerintah mencari sumber pembiayaan luar untuk menambal defisit anggaran.

Berbicara di sela-sela seminar International Asia Pasific Research In Social Science and Humanities, Menteri Keuangan Sri Mylyani memastikan, defisit anggaran sepanjang tahun ini akan tetap terjaga di level 2,12% dari produk domestik bruto (PDB).

"Kita akan sesuai program kita, bahwa tahun ini defisit diperkirakan tetap sama atau bahkan lebih rendah," kata Sri Mulyani di JS Luwansa, Senin (13/8/2018).

"Karena sebagian sudah frontloading, kami lebih baik untuk melakukan di semester kedua ini," tambah mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

Meski demikian, pemerintah pun memahami betul di tengah ketidakpastian ekonomi global, maka sumber untuk mencari pembiayaan akan semakin terbatas. Bukan tidak mungkin, surat utang negara kalah menarik dibandingkan negara lain.

Saat ini saja, harga obligasi negara terkoreksi cukup masif terbebani panasnya kondisi Turki dan data-data makro ekonomi Indonesia. Imbal hasil (yield) seri acuan obligasi negara saat ini tercatat berada si posisi tertinggi sejak Januari 2017.

Maka dari itu, pemerintah akan fokus pada penerbitan obligasi di dalam negeri. "Karena ini juga memperbaiki daya tahan dari pembiayaan APBN [anggaran pendapatan dan belanja negara] kita," jelasnya.

"Sekarang instrumen-instrumen ritel kita yang sifatnya relatif lebih ke jangka menengah seperti di antara 2-3 tahun. Itu menjadi sangat penting, dan akan kita kembangkan lebih banyak," tegasnya.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan siap kembali memasarkan Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Ritel (Sukri) melalui sistem online sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan basis investor domestik.

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan mengakui, kedua instrumen investasi tersebut akan diterbitkan masing-masing pada kuartal III dan kuartal IV tahun ini.

"Semester II-2018 [mulai dipasarkan]. Tapi tidak pada bulan yang sama, tidak sama periodenya," kata Scenaider di gedung parlemen, Senin (23/7/2018).

Lantas, berapa target yang dipatok pemerintah?

Scenaider mengatakan, target lelang Surat Berharga Negara (SBN) ritel untuk semester kedua tahun ini mencapai Rp 25 triliun. Angka tersebut, kata dia, mencakup target lelang SBR maupun Sukri melalui sistem online.

"Kemungkinan, [target] dua kali lipat dari realisasi. Kemarin SBR003 itu realisasi Rp 1,9 triliun. Seinget saya dua kali lipat," jelasnya.



(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular