Penjelasan Lengkap BI Soal Rupiah yang Tembus 14.600/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 August 2018 10:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara terkait dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus level psikologis baru. Posisi mata uang Garuda terhadap greenback, menembus level Rp 14.600/US$.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, posisi rupiah yang menembus level psikologis baru tak lepas dari ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada seluruh mata uang negara, tak terkecuali Indonesia.
"Sentimen global besar ke seluruh emerging market currencies. Semoga tidak berlarut dampaknya ke emerging market," kata Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).
BI menjelaskan, salah satu faktor utama yang menyebabkan nilai tukar tertekan pada hari ini berasal dari situasi Turki yang disebut-sebut diambang krisis yang tercermin dari kondisi nilai tukar Lira yang anjlok cukup parah.
"Selain isu CAD [Current Account Deficit] dan inflasi, faktor non ekonomi terkait confidence market yang turun atas kepemimpinan Presiden Turki sangat dominan memengaruhi nilai tukar dan volatilitas di pasar keuangan Turki," tegasnya.
Bagi negara-negara emerging, tak terkecuali Indonesia, Dody menyebut bahwa kondisi Turki mendorong semakin tingginya volatilitas di pasar keuangan. Indonesia, pun bisa terkena dampak dari sentimen negatif tersebut.
Selain itu, Dody tak memungkiri, bahwa pelemahan rupiah hari ini juga disebabkan dari data rilis neraca pembayaran Indonesia (NPI), di mana defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 menembus 3% dari produk domestik bruto (PDB).
"Faktor eksternal Turki jauh lebih dominan. Isu CAD ada, tapi dengan komunikasi BI yang intensif menjelaskan latar belakang dan outlook CAD yang tetap positif, diharapkan sentimen pasar akan baik," katanya.
(dru) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, posisi rupiah yang menembus level psikologis baru tak lepas dari ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada seluruh mata uang negara, tak terkecuali Indonesia.
"Sentimen global besar ke seluruh emerging market currencies. Semoga tidak berlarut dampaknya ke emerging market," kata Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).
"Selain isu CAD [Current Account Deficit] dan inflasi, faktor non ekonomi terkait confidence market yang turun atas kepemimpinan Presiden Turki sangat dominan memengaruhi nilai tukar dan volatilitas di pasar keuangan Turki," tegasnya.
Bagi negara-negara emerging, tak terkecuali Indonesia, Dody menyebut bahwa kondisi Turki mendorong semakin tingginya volatilitas di pasar keuangan. Indonesia, pun bisa terkena dampak dari sentimen negatif tersebut.
Selain itu, Dody tak memungkiri, bahwa pelemahan rupiah hari ini juga disebabkan dari data rilis neraca pembayaran Indonesia (NPI), di mana defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 menembus 3% dari produk domestik bruto (PDB).
"Faktor eksternal Turki jauh lebih dominan. Isu CAD ada, tapi dengan komunikasi BI yang intensif menjelaskan latar belakang dan outlook CAD yang tetap positif, diharapkan sentimen pasar akan baik," katanya.
(dru) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular