Rupiah Melemah Nyaris 1% di Spot, Lebih dari 1% di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 10:23

Investor cemas dengan perkembangan di Turki karena bisa saja merambat ke negara-negara lain. Pasalnya, perusahaan-perusahaan di Turki banyak mengambil utang luar negeri termasuk dalam mata uang dolar AS dan euro. Depresiasi mata uang lira tentu membuat pembayaran utang ini membengkak dan bisa memicu gagal bayar.
Data dari Bank for Internasional Settlements (BIS) menunjukkan, perbankan di Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar kepada perusahaan Turki. Sementara perbankan Prancis mengutangi US$ 38,4 miliar, Italia US$ 17 miliar, dan Inggris US$ 19,2 miliar.
Tidak hanya di Eropa, bank-bank AS dan Jepang juga banyak meminjamkan uang ke perusahaan di Turki. Utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar dan di Jepang US$ 14 miliar.
Oleh karena itu, sistem keuangan global bisa tertekan saat perusahaan Turki ramai-ramai gagal bayar. Kekhawatiran ini memicu kepanikan di pasar keuangan dunia.
Akibatnya, pelaku pasar jadi enggan mengambil risiko. Aset-aset aman (safe haven) diburu sebagai penyelemat. Ini yang menyebabkan yen Jepang mampu menguat karena statusnya sebagai salah satu safe haven.
Dalam kadar tertentu, dolar AS juga merupakan safe haven karena dinilai aman dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi karena potensi kenaikan suku bunga acuan. The Federal Reserve/The Fed diperkirakan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali.
Faktor ini menjadi penyebab utama keruntuhan bursa saham dan mata uang dunia. Dalam situasi seperti sekarang, memang tidak bisa disalahkan jika investor memilih bermain aman. Sebab, risikonya memang sedang sangat tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Data dari Bank for Internasional Settlements (BIS) menunjukkan, perbankan di Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar kepada perusahaan Turki. Sementara perbankan Prancis mengutangi US$ 38,4 miliar, Italia US$ 17 miliar, dan Inggris US$ 19,2 miliar.
Tidak hanya di Eropa, bank-bank AS dan Jepang juga banyak meminjamkan uang ke perusahaan di Turki. Utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar dan di Jepang US$ 14 miliar.
Akibatnya, pelaku pasar jadi enggan mengambil risiko. Aset-aset aman (safe haven) diburu sebagai penyelemat. Ini yang menyebabkan yen Jepang mampu menguat karena statusnya sebagai salah satu safe haven.
Dalam kadar tertentu, dolar AS juga merupakan safe haven karena dinilai aman dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi karena potensi kenaikan suku bunga acuan. The Federal Reserve/The Fed diperkirakan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali.
Faktor ini menjadi penyebab utama keruntuhan bursa saham dan mata uang dunia. Dalam situasi seperti sekarang, memang tidak bisa disalahkan jika investor memilih bermain aman. Sebab, risikonya memang sedang sangat tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular