Rupiah Melemah Nyaris 1% di Spot, Lebih dari 1% di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2018 10:23
Rupiah Melemah Nyaris 1% di Spot, Lebih dari 1% di Kurs Acuan
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan bergerak melemah. Di pasar spot, greenback sudah menembus level psikologis baru di Rp 14.600. 

Pada Senin (13/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.583. Rupiah melemah 1,01% dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu. Posisi rupiah di kurs acuan hari ini merupakan yang terlemah sejak awal Oktober 2015. 



Sementara di pasar spot, US$ 1 dibanderol Rp 14.610 pada pukul 10:08 WIB. Rupiah lesu berat dengan melemah nyaris 1%, tepatnya di 0,97%. Seperti halnya di kurs acuan, rupiah di pasar spot juga menjadi yang terlemah sejak Oktober 2015. 

Di Asia, berbagai mata uang utama juga tidak berdaya di hadapan greenback. Namun dengan depresiasi yang hampir 1%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:10 WIB: 



Investor cemas dengan perkembangan di Turki karena bisa saja merambat ke negara-negara lain. Pasalnya, perusahaan-perusahaan di Turki banyak mengambil utang luar negeri termasuk dalam mata uang dolar AS dan euro. Depresiasi mata uang lira tentu membuat pembayaran utang ini membengkak dan bisa memicu gagal bayar. 

Data dari Bank for Internasional Settlements (BIS) menunjukkan, perbankan di Spanyol meminjamkan US$ 83,3 miliar kepada perusahaan Turki. Sementara perbankan Prancis mengutangi US$ 38,4 miliar, Italia US$ 17 miliar, dan Inggris US$ 19,2 miliar. 

Tidak hanya di Eropa, bank-bank AS dan Jepang juga banyak meminjamkan uang ke perusahaan di Turki. Utang perusahaan Turki di perbankan AS mencapai US$ 18 miliar dan di Jepang US$ 14 miliar. 

Oleh karena itu, sistem keuangan global bisa tertekan saat perusahaan Turki ramai-ramai gagal bayar. Kekhawatiran ini memicu kepanikan di pasar keuangan dunia. 

Akibatnya, pelaku pasar jadi enggan mengambil risiko. Aset-aset aman (safe haven) diburu sebagai penyelemat. Ini yang menyebabkan yen Jepang mampu menguat karena statusnya sebagai salah satu safe haven

Dalam kadar tertentu, dolar AS juga merupakan safe haven karena dinilai aman dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi karena potensi kenaikan suku bunga acuan. The Federal Reserve/The Fed diperkirakan lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali. 

Faktor ini menjadi penyebab utama keruntuhan bursa saham dan mata uang dunia. Dalam situasi seperti sekarang, memang tidak bisa disalahkan jika investor memilih bermain aman. Sebab, risikonya memang sedang sangat tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular