
Rupiah Disebut Terlemah Sepanjang Sejarah, Ini Kata BI
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2018 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menegaskan tidak akan tinggal diam membiarkan nilai tukar rupiah semakin jauh dari fundamentalnya. Bank sentral berkomitmen menjaga depresiasi nilai tukar agar tidak melemah terlalu dalam.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan prioritas bank sentral saat ini tetap menjaga stabilisas perekonomian, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi dinamika ketidakpastian ekonomi global.
"Bank Indonesia memprioritaskan berbagai langkah kebijakan pada stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," ungkap Dody kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/8/2018).
BI, ditegaskan Dody, akan tetap menempuh kebijakan yang bersifat pre-emptive, front loading, dan ahead the curve untuk tetap menjaga daya saing pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian global serta perubahan kebijakan moneter di sejumlah negara.
"Bank Indonesia secara konsisten berupaya menjaga pergerakan nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamentalnya dengan tetap memastikan berjalannya mekanisme pasar yang didukung langkah-langkah pengembangan pasar keuangan," jelas Dody.
Dody mengatakan, kebijakan tersebut akan selalu ditopang dengan rangkaian kebijakan intervensi ganda baik di pasar valuta asing maupun di pasar surat berharga negara, serta strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas.
"Khususnya di pasar rupiah dan di pasar swap antarbank," kata Dody.
BI juga akan berkoordinasi dengan pemerintah maupun otoritas terkait untuk menjaga stabilisas makroekonomi serta sistem keuangan Indonesia dengan tetap mengedepankan agenda reformasi struktural.
"Koordinasi yang erat diharapkan dapat mendorong ekspor, mengurangi impor, mendorong pariwisata, dan arus masuk modal asing," tegasnya.
(prm) Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan prioritas bank sentral saat ini tetap menjaga stabilisas perekonomian, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi dinamika ketidakpastian ekonomi global.
"Bank Indonesia memprioritaskan berbagai langkah kebijakan pada stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," ungkap Dody kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/8/2018).
Sebagai informasi, pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun ini memang cukup dalam. Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri bahkan tak ragu menyebut rata-rata nilai tukar rupiah saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah.
Berdasarkan data di situs bank sentral, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jika menggunakan kurs tengah BI paling kuat berada di level Rp 8.573/US$ pada 2003. Namun tiap tahun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak cukup volatil.
Sehingga pada 2018 ini, rata-rata nilai tukar rupiah menembus level Rp 13.882/US$.
Berdasarkan data di situs bank sentral, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jika menggunakan kurs tengah BI paling kuat berada di level Rp 8.573/US$ pada 2003. Namun tiap tahun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak cukup volatil.
Sehingga pada 2018 ini, rata-rata nilai tukar rupiah menembus level Rp 13.882/US$.
BI, ditegaskan Dody, akan tetap menempuh kebijakan yang bersifat pre-emptive, front loading, dan ahead the curve untuk tetap menjaga daya saing pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian global serta perubahan kebijakan moneter di sejumlah negara.
"Bank Indonesia secara konsisten berupaya menjaga pergerakan nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamentalnya dengan tetap memastikan berjalannya mekanisme pasar yang didukung langkah-langkah pengembangan pasar keuangan," jelas Dody.
Dody mengatakan, kebijakan tersebut akan selalu ditopang dengan rangkaian kebijakan intervensi ganda baik di pasar valuta asing maupun di pasar surat berharga negara, serta strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas.
"Khususnya di pasar rupiah dan di pasar swap antarbank," kata Dody.
BI juga akan berkoordinasi dengan pemerintah maupun otoritas terkait untuk menjaga stabilisas makroekonomi serta sistem keuangan Indonesia dengan tetap mengedepankan agenda reformasi struktural.
"Koordinasi yang erat diharapkan dapat mendorong ekspor, mengurangi impor, mendorong pariwisata, dan arus masuk modal asing," tegasnya.
(prm) Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular