
Dolar AS Mulai Bosan Menguat?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 August 2018 12:37

Dolar AS yang dalam beberapa hari ini seakan tidak berhenti menguat mulai terhambat. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,03% pada pukul 12:13 WIB.
Depresiasi ini kemungkinan disebabkan aksi ambil untung karena dolar AS sudah agak terlalu lama menguat. Sepekan ini saja, Dollar Index sudah menguat 0,89%. Sementara dalam sebulan terakhir kenaikannya adalah 1,38% dan sejak awal tahun melonjak 3,49%.
Mungkin pelaku pasar menilai sudah saatnya merealisasikan keuntungan. Aksi jual sepertinya sedang melanda dolar AS dan instrumen-instrumen berbasis mata uang ini.
Arus modal keluar ini terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 10 tahun, yield obligasi AS naik 0,7 basis poin (bps) yang menandakan harga sedang turun karena berkurangnya minat atau ada aksi jual.
Keluar dari instrumen berbasis dolar AS, investor pun mulai menyasar pasar keuangan Asia. Akibatnya, bursa utama Asia cenderung menguat. Pada pukul 12:16 WIB, indeks Nikkei 225 menguat 0,59%, Hang Seng naik 0,95%, Shanghai Composite melesat 1,56%, Kospi bertambah 0,25%, dan Straits Time lompat 1,55%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih melemah 0,27% pada penutupan perdagangan Sesi I. Namun koreksi IHSG sudah menipis dan investor asing mencatatkan beli bersih Rp 89,01 miliar. Ini merupakan pertanda yang baik.
Di pasar obligasi, arus modal pun terlihat masuk yang tercermin dari penurunan yield obligasi pemerintah. Untuk tenor 5 tahun, yield obligasi pemerintah turun 2,6 bps. Sementara yield tenor 10 tahun turun 0,8 bps, 15 tahun turun 1,6 bps. 20 tahun turun 1,1 bps, dan 30 tahun turun 0,1 bps.
Arus modal yang mulai masuk ini membantu rupiah menipiskan pelemahannya. Jika arus modal masih terus mengalir ke pasar keuangan domestik, bukan tidak mungkin rupiah bisa berbalik menguat seperti beberapa mata uang Asia lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Depresiasi ini kemungkinan disebabkan aksi ambil untung karena dolar AS sudah agak terlalu lama menguat. Sepekan ini saja, Dollar Index sudah menguat 0,89%. Sementara dalam sebulan terakhir kenaikannya adalah 1,38% dan sejak awal tahun melonjak 3,49%.
Arus modal keluar ini terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Untuk tenor 10 tahun, yield obligasi AS naik 0,7 basis poin (bps) yang menandakan harga sedang turun karena berkurangnya minat atau ada aksi jual.
Keluar dari instrumen berbasis dolar AS, investor pun mulai menyasar pasar keuangan Asia. Akibatnya, bursa utama Asia cenderung menguat. Pada pukul 12:16 WIB, indeks Nikkei 225 menguat 0,59%, Hang Seng naik 0,95%, Shanghai Composite melesat 1,56%, Kospi bertambah 0,25%, dan Straits Time lompat 1,55%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih melemah 0,27% pada penutupan perdagangan Sesi I. Namun koreksi IHSG sudah menipis dan investor asing mencatatkan beli bersih Rp 89,01 miliar. Ini merupakan pertanda yang baik.
Di pasar obligasi, arus modal pun terlihat masuk yang tercermin dari penurunan yield obligasi pemerintah. Untuk tenor 5 tahun, yield obligasi pemerintah turun 2,6 bps. Sementara yield tenor 10 tahun turun 0,8 bps, 15 tahun turun 1,6 bps. 20 tahun turun 1,1 bps, dan 30 tahun turun 0,1 bps.
Arus modal yang mulai masuk ini membantu rupiah menipiskan pelemahannya. Jika arus modal masih terus mengalir ke pasar keuangan domestik, bukan tidak mungkin rupiah bisa berbalik menguat seperti beberapa mata uang Asia lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular