Walau Cuma Menguat Tipis, Rupiah Jadi yang Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2018 12:29
Walau Cuma Menguat Tipis, Rupiah Jadi yang Terbaik di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini mampu menguat. Bahkan apresiasi rupiah menjadi yang terbaik di antara mata uang utama Asia. 

Pada Senin (6/8/2018) pukul 12:08 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.470. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan stagnan di Rp 14.490/US$. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah mampu menguat meski tidak terlampau tajam. 


Meski penguatan rupiah rata-rata air saja, tetapi mampu menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Selain rupiah, hanya yuan China, ringgit Malaysia, dan peso Filipina yang menguat. Di antara mereka, apresiasi rupiah adalah yang tertinggi. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 12:12 WIB: 



Penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia didukung oleh sentimen domestik yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 sebesar 5,27% secara year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,125% YoY. 

Berbagai faktor pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II pun positif. Di sisi produksi, sektor pertanian tumbuh mengesankan karena pergeseran panen dari kuartal I ke kuartal II. Sektor ini pun tumbuh 4,76%, tercepat dalam empat kuartal terakhir. 

Pertumbuhan sektor pertanian yang impresif turut menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Maklum, sektor ini adalah penyumbang terbesar kedua dalam pembentukan PDB dengan kontribusi 13,63%. 

Lalu di sisi pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sangat menggembirakan. Setelah 6 kuartal, akhirnya konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di kisaran 5%. Pada kuartal II-2018, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,14%. 

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sangat penting, karena menjadi penyumbang utama pembentukan PDB. Pada kuartal II-2018, konsumsi rumah tangga menyumbang 55,43% dari PDB. 


Sementara mata uang Asia terhanyut dalam gelombang penguatan dolar AS. Pada pukul 12:16 WIB, Dollar Index (yang mengukur dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,17%. 

Dolar AS masih menguat seiring rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam. Angka pengangguran periode Juli 2018 tercatat sebesar 3,9% atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4%. 

Penciptaan lapangan kerja naik 157.000. Sementara jumlah orang yang ingin mencari kerja tetapi tidak mendapatkannya atau yang bekerja paruh waktu karena tidak bisa menemukan pekerjaan penuh waktu turun 0,3 poin persentase menjadi 7,5%, terendah sejak Maret 2001. Kemudian gaji per jam rata-rata naik 0,3% secara bulanan dan 2,7% secara tahunan.  

Data-data ketenagakerjaan yang lumayan bagus ini bisa membuat The Federal Reserve/The Fed kian yakin bahwa AS membutuhkan kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif. Kemungkinan kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018 semakin besar. 

Ditopang potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS tentu mendapat obat kuat. Kenaikan suku bunga akan memancing arus modal berdatangan ke AS, sehingga menopang apresiasi kurs. 

Namun Indonesia masih menjadi pilihan pelaku pasar karena pertumbuhan ekonomi yang solid. Tanpa dukungan data pertumbuhan ekonomi, kemungkinan besar rupiah terseret arus penguatan greenback seperti mata uang Asia lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular