
Melesat 1,28%, IHSG Terbaik di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 August 2018 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,28% pada akhir sesi 1 ke level 6.084,35, menjadikannya bursa saham dengan performa terbaik di kawasan Asia: indeks Nikkei naik 0,03%, indeks Hang Seng naik 0,7%, indeks Strait Times naik 0,81%, indeks Kospi naik 0,23%, indeks SET (Thailand) naik 0,06%, indeks Shanghai turun 0,77%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 0,09%.
Laju IHSG dimotori oleh rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang tercatat di atas ekspektasi. Sepanjang kuartal-II, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.
Sebelum data tersebut diumumkan, IHSG diperdagangkan di level 6.073,42 (+1,1% dibandingkan penutupan hari Jumat, 3/8/2018), sebelum kemudian melesat naik lebih tinggi.
Positifnya angka pertumbuhan ekonomi menghapus kekhawatiran investor bahwa laju ekonomi tahun ini akan lesu seperti tahun lalu, walaupun angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III dan IV akan menjadi penentuan. Pasalnya, laju perekonomian pada kuartal-II ditopang oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang jatuh pada pertengahan Mei hingga pertengahan Juni.
Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang kuat, BPS memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,16% pada tahun ini.
Saham-saham emiten perbankan, utamanya yang masuk dalam kategori BUKU IV, menjadi primadona bagi investor: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 3,5%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,85%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,43%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,8%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,75%.
Ketika ekonomi tumbuh kencang, bank-bank di tanah air memang menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan, lantaran ada potensi penyaluran kredit yang akan membaik di masa depan.
Hal tersebut lantas mengobati kekecewaan investor terhadap penyaluran kredit yang relatif mengecewakan sepanjang semester-I 2018. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara itu, penyaluran kredit BBNI hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
Aksi beli atas saham-saham emiten perbankan gencar dilakukan oleh investor asing: BBRI diburu 68,9 miliar, BBCA diburu Rp 61,1 miliar, BMRI diburu 31,2 miliar, dan BBNI diburu Rp 12,5 miliar.
Secara keseluruhan, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 156,4 miliar di seluruh pasar. Data pertumbuhan ekonomi yang direspon positif di pasar valuta asing juga mendorong investor asing melakukan aksi beli. Hingga siang ini, rupiah menguat 0,14% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.470.
Ketika rupiah bergerak menguat, berinvestasi dalam instrumen berbasis rupiah menjadi lebih menarik lantaran ada potensi keuntungan kurs yang bisa diraup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Laju IHSG dimotori oleh rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang tercatat di atas ekspektasi. Sepanjang kuartal-II, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.
Sebelum data tersebut diumumkan, IHSG diperdagangkan di level 6.073,42 (+1,1% dibandingkan penutupan hari Jumat, 3/8/2018), sebelum kemudian melesat naik lebih tinggi.
Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang kuat, BPS memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,16% pada tahun ini.
Saham-saham emiten perbankan, utamanya yang masuk dalam kategori BUKU IV, menjadi primadona bagi investor: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 3,5%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,85%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,43%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,8%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,75%.
Ketika ekonomi tumbuh kencang, bank-bank di tanah air memang menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan, lantaran ada potensi penyaluran kredit yang akan membaik di masa depan.
Hal tersebut lantas mengobati kekecewaan investor terhadap penyaluran kredit yang relatif mengecewakan sepanjang semester-I 2018. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara itu, penyaluran kredit BBNI hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
Aksi beli atas saham-saham emiten perbankan gencar dilakukan oleh investor asing: BBRI diburu 68,9 miliar, BBCA diburu Rp 61,1 miliar, BMRI diburu 31,2 miliar, dan BBNI diburu Rp 12,5 miliar.
Secara keseluruhan, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 156,4 miliar di seluruh pasar. Data pertumbuhan ekonomi yang direspon positif di pasar valuta asing juga mendorong investor asing melakukan aksi beli. Hingga siang ini, rupiah menguat 0,14% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.470.
Ketika rupiah bergerak menguat, berinvestasi dalam instrumen berbasis rupiah menjadi lebih menarik lantaran ada potensi keuntungan kurs yang bisa diraup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular