Anjloknya Ringgit Selamatkan Harga CPO

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
03 August 2018 19:32
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Oktober 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak menguat 0,23% ke level MYR2.196/ton.
Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Oktober 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak menguat 0,23% ke level MYR2.196/ton pada penutupan perdagangan hari ini Jumat (03/08/2018) hingga pukul 11.29 WIB.

Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini mampu pulih pasca pada perdagangan kemarin amblas nyaris 1%. Sentimen positif bagi pergerakan harga CPO hari ini datang dari pelemahan Ringgit Malaysia. Di sisi lain, berkecamuknya perang dagang AS-China membatasi penguatan sang minyak konsumsi.



Mata uang Malaysia sudah melemah selama 4 hari berturut-turut, dengan terakhir terkoreksi sebesar 0,15% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, depresiasi ringgit akan membuat harga CPO relatif lebih murah bagi pemegang mata uang asing. Alhasil, permintaan CPO pun akan meningkat, dan mampu menyokong harga komoditas ini.

Di sisi lain, sentimen negatif datang dari China yang tidak gentar menghadapi tekanan AS di bidang perdagangan. "Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.

"Kami berharap mereka yang terlibat dalam penyusunan kebijakan perdagangan di AS untuk tetap tenang. Dengarkanlah suara konsumen AS dan komunitas internasional," tutur Wang Yi, Anggota Dewan Negara China, masih mengutip Reuters.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mempertimbangkan menaikkan bea masuk terhadap produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.889 triliun) menjadi 25%, dari yang sebelumnya direncanakan hanya sebesar 10%, menurut pengumuman Kantor Perwakilan Perdagangan AS pada hari Rabu (1/8/2018).

Saat tensi perang dagang AS-China kembali memanas, maka harga minyak kedelai akan menjadi korban. Minyak kedelai memang menjadi salah satu komoditas yang paling terdampak dari memburuknya hubungan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Minyak kedelai adalah produk utama dari petani di Arkansas, dengan volume produksi mencapai 178 juta bushel pada 2017. Sekitar 40% dari hasil panen tersebut diekspor ke China. Dengan bertambah mahalnya biaya impor kedelai (akibat bea masuk), Negeri Panda pun dipastikan akan menurunkan permintaannya, dan akhirnya menekan harga minyak kedelai.

Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun. Hal ini lantas menjadi sentimen yang membebani harga CPO hari ini.

Sebagai informasi, gara-gara perang dagang AS-China yang kembali berkecamuk, harga minyak kedelai kontrak Agustus 2018 di Chicago Board of Trade tercatat turun hingga 1,16% dan 0,97% dalam dua hari sebelumnya secara berturut-turut. Meski demikian, hari ini harga minyak kedelai masih tercatat menguat tipis sebesar 0,28%.


(RHG/gus) Next Article Harga Minyak Mulai Mendidih, CPO Ikutan Terbang Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular