Perang Dagang dan The Fed Bawa Bursa Saham Asia Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 August 2018 09:14
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah.
Foto: REUTERS/Thomas Peter
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah: indeks Shanghai turun 0,33%, indeks Hang Seng turun 0,64%, indeks Nikkei turun 0,31%, dan indeks Kospi turun 0,13%.

Ada dua sentimen utama yang membawa bursa saham Benua Kuning ke zona merah. Pertama, memanasnya isu perang dagang antara AS dan China.

Reuters melaporkan bahwa seorang sumber mengungkap Presiden AS Donald Trump akan segera mengumumkan pengenaan tarif sebesar 25% terhadap barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar, naik dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

Produk-produk yang akan kena bea masuk 25% itu antara lain makanan jadi, produk kimia, makanan anjing, furnitur, karpet, ban mobil, sarung tangan bisbol, sampai produk kecantikan.

"Kemungkinan kenaikan tarif bea masuk itu bertujuan untuk mendorong China agar mengubah kebijakannya supaya dapat menciptakan pasar yang lebih adil dan bermanfaat bagi seluruh warga AS," tegas Kepala US Trade Representative Robert Lighthizer dalam pernyataan tertulis, dikutip dari Reuters.

Beijing pun merespons dengan nada keras. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menilai langkah AS sebagai upaya pemerasan. China pun siap membalas jika AS betul-betul memberlakukan bea masuk baru bagi produk-produk asal Negeri Tirai Bambu.

"Tekanan dan pemerasan AS tidak akan berpengaruh. Jika AS benar-benar menempuh kebijakan lanjutan, maka China akan melakukan balasan untuk melindungi kepentingan nasional," kata Geng, mengutip Reuters.

Jika perang dagang antara AS dan China benar-benar terjadi dalam skala yang besar, laju perekonomian kedua negara tentu menjadi taruhannya.

Sentimen kedua adalah hasil pertemuan the Federal Reserve yang memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

"Pembukaan lapangan kerja begitu besar, angka pengangguran bertahan di tingkat rendah. Konsumsi rumah tangga dan dunia usaha pun tumbuh dengan kuat," sebut pernyataan The Fed selepas menggelar pertemuan selama 2 hari.

Kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif dikhawatirkan justru bisa 'mematikan' laju perekonomian Negeri Paman Sam. Terlebih, risiko perang dagang masih terus mengintai.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular