
Rupiah Melemah, Saham Perbankan Kok Naik Kencang?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 August 2018 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten perbankan gencar diburu investor pada perdagangan hari ini, seperti PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+4,51%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+3,38%), PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (+3,02%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,93%), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (+2,54%).
Seiring dengan aksi beli atas saham-saham perbankan, indeks sektor jasa keuangan melesat hingga 1,69%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG yang sebesar 1,46%.
Hal ini sekilas terlihat aneh. Pasalnya, rupiah melemah hingga 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.435/dolar AS. Ketika rupiah melemah apalagi di kisaran Rp 14.000/dolar AS, biasanya saham-saham perbankan dilepas lantaran ada kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang pada akhirnya akan menghantam profitabilitas bank.
Aksi beli pada hari ini dilakukan sebagai respons dari rilis data inflasi periode Juli yang lebih rendah dari ekspektasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Juli 2018 terjadi inflasi sebesar 3,18% YoY, lebih rendah dari median konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 3,2% YoY.
Sejatinya, inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi bisa diartikan sebagai lemahnya konsumsi masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain rendahnya inflasi bisa juga diinterpretasikan sebagai bukti pelemahan nilai tukar yang terjadi sepanjang Juli belum begitu memengaruhi harga-harga barang dan jasa di dalam negeri, salah satunya karena intervensi pemerintah dalam menekan kenaikan harga bahan makanan.
Seiring dengan rendahnya inflasi, ke depannya konsumsi masyarakat Indonesia diharapkan meningkat. Jika ini yang terjadi, maka penyaluran kredit perbankan dimungkinkan untuk naik dan mendongkrak profitabilitas.
Sebagai catatan, sepanjang paruh pertama tahun ini, penyaluran kredit dari perbankan bisa dibilang mengecewakan. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kreditĀ BBTN tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara untuk BBNI, penyaluran kredit hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Tunggu Keputusan The Fed, Saham Bank Besar Dilepas Investor
Seiring dengan aksi beli atas saham-saham perbankan, indeks sektor jasa keuangan melesat hingga 1,69%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG yang sebesar 1,46%.
Hal ini sekilas terlihat aneh. Pasalnya, rupiah melemah hingga 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.435/dolar AS. Ketika rupiah melemah apalagi di kisaran Rp 14.000/dolar AS, biasanya saham-saham perbankan dilepas lantaran ada kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang pada akhirnya akan menghantam profitabilitas bank.
Sejatinya, inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi bisa diartikan sebagai lemahnya konsumsi masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain rendahnya inflasi bisa juga diinterpretasikan sebagai bukti pelemahan nilai tukar yang terjadi sepanjang Juli belum begitu memengaruhi harga-harga barang dan jasa di dalam negeri, salah satunya karena intervensi pemerintah dalam menekan kenaikan harga bahan makanan.
Seiring dengan rendahnya inflasi, ke depannya konsumsi masyarakat Indonesia diharapkan meningkat. Jika ini yang terjadi, maka penyaluran kredit perbankan dimungkinkan untuk naik dan mendongkrak profitabilitas.
Sebagai catatan, sepanjang paruh pertama tahun ini, penyaluran kredit dari perbankan bisa dibilang mengecewakan. Sepanjang paruh pertama 2018, total penyaluran kredit BMRI tercatat sebesar Rp 762,5 triliun, naik 11,8% jika dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu. Sementara pada paruh pertama 2017, penyaluran kredit tumbuh sebesar 11,65% YoY. Ini artinya, pertumbuhan penyaluran kredit hanya naik tipis.
Penyaluran kreditĀ BBTN tumbuh 19,14% YoY sepanjang paruh pertama 2018, tak banyak meningkat dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 18,81% YoY.
Sementara untuk BBNI, penyaluran kredit hanya mampu tumbuh 11,1% YoY sepanjang paruh pertama 2018, jauh lebih rendah dari capaian di paruh pertama 2017 yang sebesar 15,4% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Tunggu Keputusan The Fed, Saham Bank Besar Dilepas Investor
Most Popular