
AS Panaskan Lagi Perang Dagang, Bursa Asia Berguguran
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 August 2018 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca kompak dibuka di zona hijau, bursa saham utama kawasan Asia kini mulai berguguran. Hingga berita ini diturunkan, indeks Shanghai melemah 0,31% dan indeks Hang Seng melemah 0,14%.
Penybabnya adalah sikap AS yang kembali memanaskan perang dagang dengan China. Mengutip CNBC International, seorang sumber mengatakan bahwa AS berencana untuk mengenakan 25% tarif bagi barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar. Kebijakan ini bisa diumumkan paling cepat pada hari ini.
Sebelumnya, tarif yang rencananya dikenakan hanyalah 10% dan menyasar barang-barang yang masuk dalam program Made in China 2025, sebuah rencana strategis Beijing untuk membuat China menjadi pemimpin industri-industri penting dunia, termasuk teknologi.
Keputusan AS ini jelas akan membuat panas kubu China dan mungkin akan semakin menjauhkan kedua pihak dari kesepakatan.
Padahal, sebelum berita ini beredar tersiar kabar bahwa Amerika Serikat (AS) dan China sedang mencoba membuka kembali negosiasi di bidang perdagangan, menurut laporan Bloomberg News yang dikutip CNBC International hari Selasa (31/7/2018).
Kabar tersebut mengatakan perwakilan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri China Liu He sedang berbicara secara pribadi, menurut sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut.
Mnuchin sempat menyatakan kepada CNBC International pekan lalu bahwa ada upaya lanjutan berupa beberapa pembicaraan diam-diam dengan China mengenai hubungan perdagangan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Penybabnya adalah sikap AS yang kembali memanaskan perang dagang dengan China. Mengutip CNBC International, seorang sumber mengatakan bahwa AS berencana untuk mengenakan 25% tarif bagi barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar. Kebijakan ini bisa diumumkan paling cepat pada hari ini.
Sebelumnya, tarif yang rencananya dikenakan hanyalah 10% dan menyasar barang-barang yang masuk dalam program Made in China 2025, sebuah rencana strategis Beijing untuk membuat China menjadi pemimpin industri-industri penting dunia, termasuk teknologi.
Padahal, sebelum berita ini beredar tersiar kabar bahwa Amerika Serikat (AS) dan China sedang mencoba membuka kembali negosiasi di bidang perdagangan, menurut laporan Bloomberg News yang dikutip CNBC International hari Selasa (31/7/2018).
Kabar tersebut mengatakan perwakilan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri China Liu He sedang berbicara secara pribadi, menurut sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut.
Mnuchin sempat menyatakan kepada CNBC International pekan lalu bahwa ada upaya lanjutan berupa beberapa pembicaraan diam-diam dengan China mengenai hubungan perdagangan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Most Popular