
'Sabar, Rupiah Akan Stabil Pada Waktunya'
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
31 July 2018 19:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Bank Indonesia dalam menahan laju depresiasi rupiah terhadap dolar dianggap sudah berada di jalur yang tepat. Maka dari itu, UBS memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar akan stabil ke depannya.
"Bukan berarti ke depannya akan stabil dengan sempurna, tetapi pelemahan rupiah akan melambung setelah ini," kata Edward Teather selaku Kepala Ekonom UBS dalam telekonferensi bersama jurnalis hari Selasa (31/7/2018).
Teather mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sudah tepat dan seharusnya bisa menarik investasi-investasi asing. Selain itu, fundamental perekonomian Indonesia juga relatif sehat tetapi tidak berlebihan, sehingga tidak ada potensi pelebaran neraca berjalan.
"Pengetatan kebijakan itu pre-emptive dan didorong oleh kekhawatiran eksternal, bukan pertumbuhan maupun inflasi domestik," tutur Teather.
Kebijakan ketat yang disebut 'jamu pahit' diringankan dengan pelonggaran tindakan makro-prudensial pada pasar properti dan tindakan dukungan manajemen likuiditas bank. Teather menilai perpaduan ini dapat menopang rupiah sampai akhir tahun dan bantu menurunkan risiko.
"Menurut saya [semua langkah] itu membantu. Meski sekarang kita melihat pelemahan nilai tukar, tetapi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan BI dan pemerintah akan membantu mata uang bangkit kembali dari pelemahan," tuturnya.
Meskipun begitu, situasi pasar keuangan global kemungkinan akan mengharuskan BI kembali menaikkan suku bunga agar tetap "ahead of the curve".
Teather menjelaskan tiga hal yang bisa mendasari keputusan BI dalam menaikkan suku bunga, yaitu:
1. Sulit untuk mengukur langkah yang "tepat", dan itu bisa berarti kenaikan suku bunga sampai nilai tukar, yang bergejolak akibat situasi global, stabil.
2. Saat ini BI memiliki salah satu suku bunga tertinggi di Asia, tetapi hal positif ini kemungkinan akan memburuk karena kami memprediksi kenaikan suku bunga setidaknya 25 basis poin lagi dari bank sentral India Reserve Bank of India (RBI) dan bank sentral Filipina Bangko Sentral Ng Pilipinas (BSP).
3. Sementara ada beberapa hal berlebihan di perekonomian Indonesia yang perlu ditangani, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kuatnya pertumbuhan impor. Tetapi hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah.
(dru/dru) Next Article Apes! Rupiah Batal Cetak Rekor 9 Pekan Menguat Lawan Dolar AS
"Bukan berarti ke depannya akan stabil dengan sempurna, tetapi pelemahan rupiah akan melambung setelah ini," kata Edward Teather selaku Kepala Ekonom UBS dalam telekonferensi bersama jurnalis hari Selasa (31/7/2018).
Teather mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga sudah tepat dan seharusnya bisa menarik investasi-investasi asing. Selain itu, fundamental perekonomian Indonesia juga relatif sehat tetapi tidak berlebihan, sehingga tidak ada potensi pelebaran neraca berjalan.
Kebijakan ketat yang disebut 'jamu pahit' diringankan dengan pelonggaran tindakan makro-prudensial pada pasar properti dan tindakan dukungan manajemen likuiditas bank. Teather menilai perpaduan ini dapat menopang rupiah sampai akhir tahun dan bantu menurunkan risiko.
"Menurut saya [semua langkah] itu membantu. Meski sekarang kita melihat pelemahan nilai tukar, tetapi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan BI dan pemerintah akan membantu mata uang bangkit kembali dari pelemahan," tuturnya.
Meskipun begitu, situasi pasar keuangan global kemungkinan akan mengharuskan BI kembali menaikkan suku bunga agar tetap "ahead of the curve".
Teather menjelaskan tiga hal yang bisa mendasari keputusan BI dalam menaikkan suku bunga, yaitu:
1. Sulit untuk mengukur langkah yang "tepat", dan itu bisa berarti kenaikan suku bunga sampai nilai tukar, yang bergejolak akibat situasi global, stabil.
2. Saat ini BI memiliki salah satu suku bunga tertinggi di Asia, tetapi hal positif ini kemungkinan akan memburuk karena kami memprediksi kenaikan suku bunga setidaknya 25 basis poin lagi dari bank sentral India Reserve Bank of India (RBI) dan bank sentral Filipina Bangko Sentral Ng Pilipinas (BSP).
3. Sementara ada beberapa hal berlebihan di perekonomian Indonesia yang perlu ditangani, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kuatnya pertumbuhan impor. Tetapi hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah.
(dru/dru) Next Article Apes! Rupiah Batal Cetak Rekor 9 Pekan Menguat Lawan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular