
Rapat KSSK Triwulan II-2018
Sri Mulyani Cs Akui Rupiah Alami Tekanan
Lidya Julita & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
31 July 2018 17:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memandang stabilitas sistem keuangan nasional masih terjaga. Namun komite tersebut mewaspadai tekanan yang terjadi pada nilai tukar rupiah.
KSSK yang terdiri dari Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia/BI), Wimboh Santoso (Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan/OJK), dan Halim Alamsyah (Kepala Lembaga Penjamin Simpanan/LPS) hari ini menggelar rapat triwulanan. Rapat tersebut merupakan mandat Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), yang mewajibkan KSSK mengadakan pertemuan minimal satu kuartal sekali untuk memantau situasi perekonomian.
"Hasil pemantauan terhadap perkembangan ekonomi, fiskal, pasar keuangan, dan penjaminan simpanan selama triwulan II-2018 ini dan dengan pertimbangan sampai 20 Juli 2018, KSSK menyimpulkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga," tutur Sri Mulyani dalam jumpa pers usai rapat KSSK di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Meski demikian, lanjut Sri Mulyani, KSSK mencermati adanya tekanan pada nilai tukar rupiah. Tekanan terhadap rupiah utamanya bersumber dari eksternal, seperti rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed dan aura perang dagang yang masih terasa.
Sebagai informasi, hari ini rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS. Sejak awal 2018, rupiah sudah melemah 5,8% di hadapan greenback. Di antara mata uang utama Asia, hanya rupee India yang melemah lebih dalam ketimbang rupiah.
Oleh karena itu, stabilitas nilai tukar menjadi prioritas utama pemerintah dan BI saat ini. Perry menyatakan, bank sentral akan mengupayakan berbagai instrumen moneter untuk mendorong penguatan rupiah.
"Dari BI, di bidang moneter, tugas kami memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dalam menjaga daya tarik pasar keuangan domestik sekaligus menjaga momentum pemulihan ekonomi. Fokus kebijakan kami tetap pada prioritas untuk jaga stabilitas ekonomi,khususnya nilai tukar rupiah dengan mengoptimalkan pilihan instrumen yang ada di BI," papar Perry.
Perry menambahkan, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sampai 100 basis poin sepanjang 2018. Selain itu, bank sentral juga melakukan relaksasi untuk penyaluran kredit properti dan manajemen likuiditas perbankan.
"Kami juga terus menjaga dengan intervensi di pasar valas, pembelian SBN (Surat Berharga Negara)," ujar Perry.
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
KSSK yang terdiri dari Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Perry Warjiyo (Gubernur Bank Indonesia/BI), Wimboh Santoso (Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan/OJK), dan Halim Alamsyah (Kepala Lembaga Penjamin Simpanan/LPS) hari ini menggelar rapat triwulanan. Rapat tersebut merupakan mandat Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK), yang mewajibkan KSSK mengadakan pertemuan minimal satu kuartal sekali untuk memantau situasi perekonomian.
"Hasil pemantauan terhadap perkembangan ekonomi, fiskal, pasar keuangan, dan penjaminan simpanan selama triwulan II-2018 ini dan dengan pertimbangan sampai 20 Juli 2018, KSSK menyimpulkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga," tutur Sri Mulyani dalam jumpa pers usai rapat KSSK di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Sebagai informasi, hari ini rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS. Sejak awal 2018, rupiah sudah melemah 5,8% di hadapan greenback. Di antara mata uang utama Asia, hanya rupee India yang melemah lebih dalam ketimbang rupiah.
Oleh karena itu, stabilitas nilai tukar menjadi prioritas utama pemerintah dan BI saat ini. Perry menyatakan, bank sentral akan mengupayakan berbagai instrumen moneter untuk mendorong penguatan rupiah.
"Dari BI, di bidang moneter, tugas kami memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dalam menjaga daya tarik pasar keuangan domestik sekaligus menjaga momentum pemulihan ekonomi. Fokus kebijakan kami tetap pada prioritas untuk jaga stabilitas ekonomi,khususnya nilai tukar rupiah dengan mengoptimalkan pilihan instrumen yang ada di BI," papar Perry.
Perry menambahkan, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sampai 100 basis poin sepanjang 2018. Selain itu, bank sentral juga melakukan relaksasi untuk penyaluran kredit properti dan manajemen likuiditas perbankan.
"Kami juga terus menjaga dengan intervensi di pasar valas, pembelian SBN (Surat Berharga Negara)," ujar Perry.
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular