Benarkah RI Kekurangan Pasokan Dolar AS?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
31 July 2018 16:34
Kalangan ekonom sepakat Indonesia saat ini memang membutuhkan dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan ekonom sepakat Indonesia saat ini memang membutuhkan dolar AS, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas hari ini, Selasa (31/7/2018).

Dari tiga ekonom yang berbincang dengan CNBC Indonesia, semua sepakat bahwa diperlukan langkah konkret untuk menambah supply greenback dalam rangka memperkuat cadangan devisa.

"Kebutuhan dolar AS saat ini semakin mendesak, dan sebenarnya tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek," kata Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual.

Menurut David, bukan hal mudah bagi pemerintah menambah suplai di tengah ketidakpastian global. Saat ini hanya ada dua cara yang bisa ditempuh dalam jangka pendek untuk meningkatkan greenback.

"Kalau dalam jangka pendek, hanya bisa dilakukan dengan pengurangan impor dan bauran kebijakan BI melalui suku bunga. Selain itu untuk menambah sisi supply side sulit," jelasnya.

Kalangan ekonom pun menilai, berkurangnya pasokan dolar AS tak lain disebabkan oleh kondisi neraca pembayaran Indonesia yang cukup tertekan karena seretnya aliran modal yang masuk ke pasar keuangan domestik.

"Balance of payment mengarah ke defisit, terutama dipengaruhi oleh transaksi finansial yang berasal dar FDI atau inflows. Ini akhirnya memengaruhi kebutuhan dolar AS," katanya.

Selain itu, berkurangnya pasokan dolar AS negeri Paman Sam juga dipengaruhi oleh kebutuhan mata uang tersebut untuk pembayaran dividen perusahaan, maupun kinerja impor yang menggeliat.

"Kebutuhan dolar domestik juga tinggi saat impor berada tren meningkat untuk berbagai kebutuhan seperti stabilitasi harga pangan, kebutuhan bahan bakar minyak," kata Ekonom Maybank Myrdal Gunarto.

Secara garis besar, keputusan pemerintah yang 'all out' untuk menjaga stabilitas nilai tukar dengan menambah supply dolar AS dalam negeri sudah tepat. Apalagi, hal ini akan berdampak pada peningkatan cadangan devisa.

Ketika cadangan devisa meningkat, maka investor disebut akan berpikir dua kali untuk keluar dari pasar keuangan di Indonesia. Pasalnya, mereka secara tidak langsung mendapatkan kepastian pergerakan nilai tukar akan tetap stabil.

"Investor akan berpikir dua kalau. Kalau misalan terjadi gejolak, tapi cadangan devisa tinggi, investor tidak akan tarik dana cepat-cepat dari pasar keuangan kita," kata Josua.

"Sebaliknya, saat cadangan devisa rendah, supply dolar akan dianggap tipis, mereka akan keluar," sambung dia.



(dru) Next Article Dolar Dekati Rp 14.000, Jokowi: Pemerintah Tak Intervensi BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular