
Indeks Shanghai Dibuka Flat, Hang Seng ke Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 July 2018 08:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka flat di level 2.868,93, sementara indeks Hang Seng dibuka melemah 0,24% ke level 28.663,14.
Rilis data ekonomi di China yang mengecewakan membuat kedua indeks tersebut tak bisa berbuat banyak. Pada pukul 08:00 WIB tadi, data manufacturing PMI periode Juli diumumkan di level 51,2, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,3. Kemudian, non-manufacturing PMI untuk periode yang sama diumumkan di level 54, lebih rendah dari capaian bulan Juni yang sebesar 55.
Selain itu, sentimen eksternal juga menekan bursa saham China dan Hong Kong, seperti Wall Street yang ditutup di zona merah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,57%, indeks S&P 500 turun 0,57%, dan indeks Nasdaq anjlok 1,42%.
Sama seperti perdagangan akhir pekan lalu, amblasnya saham-saham teknologi menjadi penyebab koreksi di Wall Street: saham Microsoft turun 2,15%, Facebook minus 2,19%, Amazon anjlok 2,09%, Alphabet (induk usaha Google) melemah 1,82%, Netflix jatuh 5,7%, Apple terkoreksi 0,56%, dan Twitter anjlok 8%.
Aksi ambil untung melandasi dilepasnya saham-saham teknologi di AS. Terlebih, kinerja dari beberapa perusahaan seperti Facebook, Twitter, dan Intel juga mengecewakan.
Pelaku pasar juga bermain aman sembari menantikan hasil dari pertemuan the Federal Reserve pada hari Rabu waktu setempat (1/8/2018). Pelaku pasar akan mencari petunjuk apakah bank sentral benar-benar akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.
Sebelumnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve mencuat lantaran rilis data ekonomi AS yang positif. Pada hari Jumat lalu (27/7/2018), pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
Dalam konferensi pers yang digelar setelah data dirilis, Presiden Donald Trump bahkan dengan optimistis menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi kedepannya.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Rilis data ekonomi di China yang mengecewakan membuat kedua indeks tersebut tak bisa berbuat banyak. Pada pukul 08:00 WIB tadi, data manufacturing PMI periode Juli diumumkan di level 51,2, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 51,3. Kemudian, non-manufacturing PMI untuk periode yang sama diumumkan di level 54, lebih rendah dari capaian bulan Juni yang sebesar 55.
Selain itu, sentimen eksternal juga menekan bursa saham China dan Hong Kong, seperti Wall Street yang ditutup di zona merah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,57%, indeks S&P 500 turun 0,57%, dan indeks Nasdaq anjlok 1,42%.
Aksi ambil untung melandasi dilepasnya saham-saham teknologi di AS. Terlebih, kinerja dari beberapa perusahaan seperti Facebook, Twitter, dan Intel juga mengecewakan.
Pelaku pasar juga bermain aman sembari menantikan hasil dari pertemuan the Federal Reserve pada hari Rabu waktu setempat (1/8/2018). Pelaku pasar akan mencari petunjuk apakah bank sentral benar-benar akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.
Sebelumnya, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve mencuat lantaran rilis data ekonomi AS yang positif. Pada hari Jumat lalu (27/7/2018), pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
Dalam konferensi pers yang digelar setelah data dirilis, Presiden Donald Trump bahkan dengan optimistis menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi kedepannya.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Most Popular