
The Fed Naikkan Bunga 4 Kali, Bursa Saham Asia ke Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 July 2018 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,74%, indeks Shanghai turun 0,12%, indeks Hang Seng turun 0,25%, indeks Strait Times turun 0,54%, dan indeks Kospi turun 0,06%.
Mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve menghantui jalannya perdagangan pertama di pekan ini. Kuatnya data pertumbuhan ekonomi AS melandasi mencuatnya persepsi tersebut.
Pada hari Jumat lalu, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
Dalam konferensi pers yang digelar setelah data dirilis, Presiden Donald Trump bahkan dengan optimistis menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi kedepannya.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
Senada dengan sang presiden, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin juga menyuarakan optimismenya terhadap perekonomian Negeri Paman Sam. Mantan bankir Goldman Sachs ini mengungkapkan bahwa dirinya percaya percepatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II akan berlanjut hingga beberapa tahun mendatang.
"Saya tak berpikir bahwa ini adalah fenomena satu atau dua tahun. Saya rasa kita benar-benar ada di periode 4 atau 5 tahun dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil setidaknya di level 3%," papar Mnuchin dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti dikutip dari Reuters.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, terdapat 67,1% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level 2,25%-2,5% sampai dengan akhir tahun atau sebanyak 4 kali secara total. Padahal, pada 1 minggu yang lalu probabilitasnya masih berada di level 55,7%.
Di sisi lain, probabilitas bahwa suku bunga acuan akan berada di level 2%-2,25% atau mengimplikasikan kenaikan sebanyak 3 kali sepanjang tahun ini turun drastis menjadi 26,4% saja, dari yang sebelumnya 34,1% pada minggu lalu.
Walaupun ekonomi AS sedang panas dan tensi perang dagang sedang mereda, ada kekhawatiran bahwa kedepannya risiko perang dagang bisa kembali mencuat. Jika hal ini yang terjadi, kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif berpotensi mengancam laju perekonomian AS dan dunia.
Bagi instrumen berisiko seperti saham, hal tersebut tentu bukan kabar baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve menghantui jalannya perdagangan pertama di pekan ini. Kuatnya data pertumbuhan ekonomi AS melandasi mencuatnya persepsi tersebut.
Pada hari Jumat lalu, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
Senada dengan sang presiden, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin juga menyuarakan optimismenya terhadap perekonomian Negeri Paman Sam. Mantan bankir Goldman Sachs ini mengungkapkan bahwa dirinya percaya percepatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II akan berlanjut hingga beberapa tahun mendatang.
"Saya tak berpikir bahwa ini adalah fenomena satu atau dua tahun. Saya rasa kita benar-benar ada di periode 4 atau 5 tahun dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil setidaknya di level 3%," papar Mnuchin dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti dikutip dari Reuters.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, terdapat 67,1% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan hingga ke level 2,25%-2,5% sampai dengan akhir tahun atau sebanyak 4 kali secara total. Padahal, pada 1 minggu yang lalu probabilitasnya masih berada di level 55,7%.
Di sisi lain, probabilitas bahwa suku bunga acuan akan berada di level 2%-2,25% atau mengimplikasikan kenaikan sebanyak 3 kali sepanjang tahun ini turun drastis menjadi 26,4% saja, dari yang sebelumnya 34,1% pada minggu lalu.
Walaupun ekonomi AS sedang panas dan tensi perang dagang sedang mereda, ada kekhawatiran bahwa kedepannya risiko perang dagang bisa kembali mencuat. Jika hal ini yang terjadi, kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif berpotensi mengancam laju perekonomian AS dan dunia.
Bagi instrumen berisiko seperti saham, hal tersebut tentu bukan kabar baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular