Analisis Teknikal

Meski LTV Dilonggarkan, Tren Koreksi Saham BSD Berlanjut

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
30 July 2018 15:17
BI melonggarkan industri properti dengan membebaskan rasio uang muka terhadap plafon kredit (LTV) yang efektif berlaku Rabu.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melonggarkan industri kredit pemilikan rumah (KPR) dengan membebaskan rasio uang muka terhadap plafon kredit (loan to value/LTV) yang efektif berlaku Rabu (1/8/2018). Namun, saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) diprediksi tertekan.

Kebijakan tersebut memberi kebebasan bagi perbankan untuk menentukan besaran minimal uang muka yang harus disetor untuk kepemilikan rumah, sehingga bisa memungkinkan uang muka nol persen bagi pembeli pertama tanpa mengecualikan berapapun besaran luas tanah maupun bangunannya.

Emiten sektor properti di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diyakini terkena dampak positif adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Hingga sesi pertama perdagangan hari ini, saham BSDE ditutup turun 60 poin (-4,44%) pada level Rp 1.430 per saham.

Hanya saja, relaksasi KPR tersebut bisa kehilangan daya tariknya jika konsumsi masyarakat masih tertekan, apalagi di tengah bayang-bayang kenaikan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) akibat sentimen negatif global yang membuat rupiah melemah.

Akibatnya, saham BSDE pun cenderung tertekan, hingga sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) terhitung melemah, sebesar -15,88%, atau lebih parah dibandingkan sektor properti yang mengalami penurunan sebesar -8,82%.

Bagaimana pergerakan BSDE dilihat dari kaca mata analisis teknikal sepekan ini? Tim Riset CNBC Indonesia merangkumnya untuk anda:
Sumber: Reuters
Berdasarkan analisa tren, BSDE masih cenderung dalam tren turun (down trend) baik dalam jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Dalam beberapa pekan BSDE masih cenderung bergerak turun menurut sinyal teknikal.

Dimulai dengan penutupan sesi I hari ini di mana saham emiten grup Sinar Mas ini membentuk pola lilin kabut hitam (bearish engulfing) yang merupakan indikasi penurunan harga saham yang cukup kuat. 

Diperkuat dengan sinyal indikator teknikal BSDE cenderung melemah, pada indikator rerata pergerakan hari (moving average/MA) BSDE bergerak di bawah garis 50, 20 dan 10 hari (MA-50, MA-20 dan MA-10) sehingga dalam jangka pendek kemungkinan BSDE dalam tekanan.

Adapun indikator stochastic slow pada posisi netral, dalam jangka pendek BSDE masih dapat bergerak bervariatif. Namun demikian, pelaku pasar perlu memperhatikan tren saham tersebut yang masih cenderung turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ags/ags) Next Article Properti Lesu, Laba Bumi Serpong Anjlok 73,70%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular