Dolar AS Diperkirakan Bergerak di Rp 14.420/US$ Pekan Ini

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
30 July 2018 06:31
Pada Jumat (27/7/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 di pasar spot ditutup di Rp 14.415. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan penutupan perdagangan hari Kamis.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah yang diperkirakan akan mengalami penguatan tipis sepanjang pekan ini. Hal ini dikarenakan belum ada sentimen negatif yang terlihat dalam waktu dekat, kata beberapa ekonom dan analis.

Nilai tukar rupiah mampu ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Rupiah mampu membalikkan kedudukan setelah hampir seharian melemah tipis dan kadang stagnan.

Pada Jumat (27/7/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 di pasar spot ditutup di Rp 14.415. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan penutupan perdagangan hari Kamis. Posisi terlemah rupiah berada di Rp 14.490/US$, sementara posisi terkuat di Rp 14.370/US$.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan pada pekan lalu ada kabar baik yang muncul dari global, yakni Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang setuju untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan tidak lagi melakukan perang dagang.

Dengan kondisi ini, nilai tukar rupiah diprediksi menguat meski tipis. Jika pekan lalu dolar dihargai hingga sekitar Rp 14.500/US$, pekan ini angka tersebut diproyeksikan bergerak lebih rendah lagi menjadi rata-rata Rp 14.420/US$.

"Rupiah rata-rata (pekan ini) masih sekitar Rp 14.420-Rp 14.460 per US$," ungkap David kepada CNBC Indonesia yang dikutip Senin (30/7/2018).

Apalagi jika kesepakatan AS dan Eropa bisa juga terjadi dengan China, rupiah akan semakin menguat.

"Harapannya kabar baik ini juga terjadi pada AS dan China," jelasnya.


Di sisi lain, analis senior CSA Research Institue Reza Priyambada juga memprediksi rupiah akan menunjukkan tren penguatan pekan ini seiring dengan pelemahan laju kenaikan dolar AS.

"Diperkirakan laju rupiah akan berada pada rentang support Rp 14.427 US$ dan resisten Rp 14.402 US$," kata dia kepada CNBC Indonesia.

Meski mengalami tren penguatan, ia menyarankan untuk tetap waspada dengan kondisi eksternal karena perekonomian global yang masih tak menentu.

"Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat kembali membuat rupiah melemah," kata Reza.

Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, memproyeksi rupiah justru akan melemah kembali di pekan ini.

"Rupiah bergerak melemah tipis di kisaran Rp 14.420-Rp 14.470 per US$," kata Bhima kepada CNBC Indonesia.

Sentiman global dikatakan masih menjadi penyebab utama Rupiah yang melanjutkan keterpurukan. Apalagi strategi China yang melakukan devaluasi yuan bisa berakibat pada berlanjutnya ketidakpastian perang dagang antara China dan AS.

"Jika eskalasi perang dagang dengan China memanas maka imbas kepada ekspor Indonesia pun akan terdampak, sehingga disemester kedua defisit perdagangan kembali terjadi. Barang China yang dijual lebih murah pun berisiko membanjiri pasar Indonesia, khususnya barang-barang konsumsi. Dari segi kebutuhan valas untuk impor akan terus meningkat di paruh kedua tahun ini," tegas Bhima.
(prm) Next Article Rupiah Kian Perkasa di Tengah Sentimen AS-Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular