Dimotori Saham Astra, IHSG Menguat 0,72%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 July 2018 16:38
Pasca dibuka mendatar, IHSG mampu menguat 0,72% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.989,14.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka mendatar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 0,72% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.989,14. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,56%, indeks Hang Seng naik 0,08%, dan indeks Kospi naik 0,26%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,66 triliun dengan volume sebanyak 9,93 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 344.362 kali.

Penguatan bursa saham Benua Kuning didukung oleh meredanya tensi perang dagang antara AS dengan China. Pada hari Kamis waktu setempat (26/7/2018), senat AS meloloskan RUU yang akan mengurangi atau bahkan menghilangkan bea masuk bagi produk-produk impor asal China.

Sejatinya, kebijakan ini tak hanya menyasar produk-produk asal China saja, tapi menyasar barang-barang yang diproduksi diluar AS. Namun, berdasarkan analisis dari Reuters, dari sekitar 1.660 produk yang akan diuntungkan oleh kebijakan ini, hampir setengahnya diproduksi di China.

Sebelumnya, House of Representatives juga telah memberikan persetujuan terhadap RUU ini. Dengan persetujuan dari Senat pada hari Kamis, maka kedua belah pihak akan bekerjasama untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang masih ada, sebelum pada akhirnya mengirimkan RUU tersebut ke meja Presiden Donald Trump untuk disahkan menjadi undang-undang.

Para pendukung dari RUU ini sebelumnya mengatakan bahwa perekonomian AS dapat diuntungkan dengan kebijakan ini, seiring dengan dieliminasinya bea masuk yang diberlakukan untuk melindungi industri-industri yang sebenarnya sudah tidak ada lagi di AS. National Association of Manufacturers mengatakan bahwa pelaku usaha di AS membayar US$ 1 juta setiap harinya untuk bea masuk tersebut.

"Itu tidak masuk akal karena itu adalah pajak langsung dan menghukum produksi dan penciptaan lapangan kerja di AS," papar Jay Timmons, Presiden National Association of Manufacturers dalam pernyataannya.

Selain itu, rilis laporan keuangan yang menggembirakan dari PT Astra International Tbk (ASII) ikut memotori laju IHSG. Hingga akhir perdagangan, saham ASII meroket hingga 4,49% ke level Rp 6.975/unit, menjadikannya saham dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Aksi beli atas saham ASII dipicu oleh kinerja keuangannya yang mampu mengalahkan proyeksi analis. Sepajang kuartal-II 2018, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun, jauh mengalahkan rata-rata konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar Rp 4,98 triliun. Laba per saham perusahaan tercatat sebesar Rp 134, di atas konsensus yang sebesar Rp 121,7.

Jika dilihat secara semesteran, ASII mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 11% YoY sepanjang semester I-2018 menjadi Rp 10,38 triliun. Salah satu pendorong pertumbuhan laba bersih perusahaan adalah anak usahanya yang bergerak di sektor batu bara yakni PT United Tractors Tbk (UNTR).

Sepanjang semester 1 2018, UNTR mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 60% YoY menjadi Rp 5,5 triliun. Kenaikan harga batu bara membuat kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan meningkat.

Pada bisnis mesin konstruksi, penjualan alat berat Komatsu meningkat 37% YoY menjadi 2.400 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat.

Terakhir, rupiah yang bergerak menguat membuat investor pede untuk masuk ke pasar saham. Sempat melemah sebesar 0,14% pada sesi awal perdagangan, rupiah ditutup menguat 0,28% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.415.

Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 122,5 miliar. 5 besar saham yang diburu investor asing diantaranya: PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 68,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 67 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,5 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 33 miliar), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 32,1 miliar).

Di sisi lain, sentimen negatif yang membayangi laju IHSG datang dari keputusan Presiden Joko Widodo untuk menunda proyek-proyek infrastruktur non-prioritas. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi beban impor yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah.

"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak akan ditunda untuk mengerem impor," ungkap Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi.

Kebijakan ini berpotensi menekan laju perekonomian Indonesia yang saat ini sudah berjalan lambat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Anjlok, Harga Saham ASII Ikut Merosot

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular