
Rupiah Tipiskan Kekalahan, IHSG Menguat 0,3%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 July 2018 12:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka mendatar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 0,3% pada akhir sesi 1 ke level 5.963,99. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia diperdagangkan melemah: indeks Shanghai turun 0,06%, indeks Hang Seng turun 0,04%, indeks Strait Times turun 0,19%, indeks KLCI (Malaysia) turun 0,24%, dan indeks PSEi (Filipina) turun 0,6%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,05 triliun dengan volume sebanyak 5,27 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 181.488 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+3,75%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+3,18%), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk/JPFA (+6,91%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+1,16%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+2,94%).
Rupiah yang mampu menipiskan kekalahannya membuat IHSG bisa mengakhiri sesi 1 di zona hijau. Sampai dengan akhir sesi 1, rupiah melemah 0,03% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.460. Padahal pada sesi awal perdagangan, rupiah sempat melemah sebesar 0,14%.
Walaupun rupiah berhasil menipiskan kekalahannya, depresiasi yang masih terjadi membuat investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 62,1 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing diantaranya: PT Multi Bintang Indonesia Tbk/MLBI (Rp 77,9 miliar), PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 36,7 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 12,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 11,2 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 11,1 miliar).
Dari sisi eksternal, sentimen terbilang kurang kondusif bagi bursa saham Benua Kuning, seperti Wall Street yang cenderung terkoreksi pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,44%, indeks S&P 500 turun 0,3%, dan indeks Nasdaq anjlok 1,44%.
Koreksi saham Facebook yang mencapai 18,96% menjadi pemberat langkah Wall Street dan pada akhirnya menjalar ke wilayah Asia. Penyebab dari anjloknya saham raksasa media sosial tersebut adalah earnings call yang diselenggarakan pada hari Rabu (25/7/2018). Dalam earnings call tersebut, CFO Facebook David Wehner memperingatkan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan dapat melambat, salah satunya dikarenakan prioritas perusahaan untuk mengedepankan privasi.
Selain itu, investor juga menghukum saham Facebook lantaran perusahaan gagal menambah pengguna aktif harian di Amerika Utara dan kehilangan pengguna aktif harian di Eropa pada kuartal-II 2018.
Masih dari sisi eksternal, kebijakan pemerintah China yang membatasi ekspansi dari perusahaan-perusahaan asal AS yakni Qualcomm dan Facebook juga membuat investor berhati-hati dalam bertransaksi di pasar saham.
Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi IHSG datang dari keputusan Presiden Joko Widodo untuk menunda proyek-proyek infrastruktur non-prioritas. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi beban impor yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah.
"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak akan ditunda untuk mengerem impor," ungkap Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi.
Kebijakan ini berpotensi menekan laju perekonomian Indonesia yang saat ini sudah berjalan lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perbankan Diproyeksi Tumbuh Stagnan
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,05 triliun dengan volume sebanyak 5,27 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 181.488 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+3,75%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+3,18%), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk/JPFA (+6,91%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+1,16%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+2,94%).
Walaupun rupiah berhasil menipiskan kekalahannya, depresiasi yang masih terjadi membuat investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 62,1 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing diantaranya: PT Multi Bintang Indonesia Tbk/MLBI (Rp 77,9 miliar), PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 36,7 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 12,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 11,2 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 11,1 miliar).
Dari sisi eksternal, sentimen terbilang kurang kondusif bagi bursa saham Benua Kuning, seperti Wall Street yang cenderung terkoreksi pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,44%, indeks S&P 500 turun 0,3%, dan indeks Nasdaq anjlok 1,44%.
Koreksi saham Facebook yang mencapai 18,96% menjadi pemberat langkah Wall Street dan pada akhirnya menjalar ke wilayah Asia. Penyebab dari anjloknya saham raksasa media sosial tersebut adalah earnings call yang diselenggarakan pada hari Rabu (25/7/2018). Dalam earnings call tersebut, CFO Facebook David Wehner memperingatkan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan dapat melambat, salah satunya dikarenakan prioritas perusahaan untuk mengedepankan privasi.
Selain itu, investor juga menghukum saham Facebook lantaran perusahaan gagal menambah pengguna aktif harian di Amerika Utara dan kehilangan pengguna aktif harian di Eropa pada kuartal-II 2018.
Masih dari sisi eksternal, kebijakan pemerintah China yang membatasi ekspansi dari perusahaan-perusahaan asal AS yakni Qualcomm dan Facebook juga membuat investor berhati-hati dalam bertransaksi di pasar saham.
Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi IHSG datang dari keputusan Presiden Joko Widodo untuk menunda proyek-proyek infrastruktur non-prioritas. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi beban impor yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah.
"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak akan ditunda untuk mengerem impor," ungkap Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi.
Kebijakan ini berpotensi menekan laju perekonomian Indonesia yang saat ini sudah berjalan lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perbankan Diproyeksi Tumbuh Stagnan
Most Popular