Dua Problem Besar Disebut Jokowi, Rupiah Sulit Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 July 2018 12:50
PR Lama yang Tak Kunjung Selesai
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Setiap kali pertumbuhan ekonomi terakselerasi, Indonesia selalu kerepotan. Sebab, industri dalam negeri belum bisa memenuhi pertumbuhan permintaan, terutama untuk bahan baku dan barang modal. 

Tahun ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi domestik tumbuh di kisaran 5,2%. Sementara BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 ada di batas bawah kisaran target 5,1-5,5%. Walau belum optimal, tetapi lebih cepat dibandingkan 2017 yang tumbuh 5,07%.  

Ekonomi yang tumbuh menandakan permintaan bertambah. Untuk itu, dunia usaha harus meningkatkan produksi mereka. Namun pasokan bahan baku dan barang modal tidak mampu dipenuhi industri dalam negeri, sehingga mau tidak mau harus diimpor. 

Pada Januari-Juni 2018, impor bahan baku naik 21,54% year-on-year (YoY) dan impor barang modal tumbuh 31,84% YoY. Jauh lebih cepat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana impor bahan baku naik 11,26% dan barang modal tumbuh 2,06%. 

Akibat peningkatan impor, neraca perdagangan pun mencatatkan defisit. Sepanjang semester I-2018, neraca perdagangan defisit US$ 1,02 miliar. Jauh memburuk dibandingkan periode yang sama pada 2017 yang masih surplus US$ 7,67 miliar. 

Akibat Dua Masalah yang Disebut Jokowi, Rupiah Sulit Perkasa


Peningkatan impor membuat devisa yang 'terbang' ke luar negeri semakin besar. Kebutuhan valas yang meningkat ini membuat rupiah banyak dilepas sehingga nilainya terus melemah. 

Neraca perdagangan adalah bagian dari transaksi berjalan (current account). Saat neraca perdagangan defisit, maka defisit transaksi berjalan akan semakin melebar. Sejak kuartal III-2011, transaksi berjalan Indonesia tidak pernah merasakan surplus. 

Akibat Dua Masalah yang Disebut Jokowi, Rupiah Sulit PerkasaTransaksi berjalan Indonesia (Reuters)

Transaksi berjalan menunjukkan aliran devisa suatu negara yang berasal dari ekspor-impor barang dan jasa. Bila defisit, maka pasokan devisa dari sisi perdagangan seret. Padahal pasokan dari sisi ini lebih bersifat jangka panjang, tidak seperti sumber lainnya yaitu investasi portofolio di pasar keuangan alias hot money

Defisit transaksi berjalan membuat rupiah benar-benar mengandalkan hot money untuk menguat. Inilah masalahnya. Hot money pun sedang seret, terlihat dari jual bersih di Bursa Efek Indonesia tadi. 

Tidak hanya di pasar saham, di obligasi negara pun investor asing cenderung keluar. Sejak awal tahun, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang Rp 1,84 triliun. 

Oleh karena itu, tidak heran rupiah melemah lumayan tajam. Devisa dari perdagangan tekor, dan sektor keuangan pun seret. Fondasi penopang rupiah pun rapuh. 

(aji/wed)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular