
Rupiah Menguat, Dolar AS di Kurs Acuan Tak Lagi Rp 14.500
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 July 2018 10:48

Rupiah, yen Jepang, dan rupee India mampu memanfaatkan posisi dolar AS yang sedang melemah. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,25% pada pukul 10:28 WIB.
Namun sepertinya investor global cenderung tidak mengarahkan dananya ke Asia melainkan ke Eropa. Ini membuat mata uang Asia melemah padahal dolar AS sedang tertekan.
Pada pukul 10:30 WIB, mata uang Benua Biru menguat 0,2% terhadap dolar AS. Apresiasi euro dipicu oleh kabar gembira dari Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker sepakat untuk menurunkan hambatan tarif (tariff barrier) dan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
"Kami sepakat bekerja bersama untuk menuju tarif nol, tidak adanya non-tariff barrier, dan tidak ada subsidi bagi produk-produk non otomotif. Kami juga akan meningkatkan perdagangan di bidang jasa, farmasi, produk-produk kesehatan, juga kedelai," ungkap Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Benua Biru pun menyambut kesepakatan ini dengan suka cita. Perang dagang bisa dihindari dan pertumbuhan ekonomi dunia selamat dari sebuah ancaman besar.
"Terobosan telah dicapai, terobosan yang dapat menghindarkan dari perang dagang dan menyelamatkan jutaan lapangan kerja! Sangat baik untuk perekonomian dunia," tutur Peter Altmaier, Menteri Ekonomi Jerman, melalui Twitter.
Selain itu, investor juga menantikan hasil pertemuan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang akan menentukan suku bunga acuan dan arah kebijakan moneter. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ECB masih akan menahan suku bunga acuan refinancing rate di 0%.
Namun, investor menantikan pernyataan Presiden ECB Mario Draghi seputar normalisasi kebijakan moneter. Draghi diperkirakan tidak menyebutkan waktu yang tepat kapan ECB akan mulai menaikkan suku bunga acuan, tetapi kemungkinan akan ada kata-kata yang bisa menjadi sinyal seperti 'mengantisipasi', 'risiko', atau 'perang dagang'.
Sambil menantikan hasil rapat ECB, investor merapat ke Eropa. Aliran modal ini menjadi faktor yang mendukung penguatan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Namun sepertinya investor global cenderung tidak mengarahkan dananya ke Asia melainkan ke Eropa. Ini membuat mata uang Asia melemah padahal dolar AS sedang tertekan.
Pada pukul 10:30 WIB, mata uang Benua Biru menguat 0,2% terhadap dolar AS. Apresiasi euro dipicu oleh kabar gembira dari Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker sepakat untuk menurunkan hambatan tarif (tariff barrier) dan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
Benua Biru pun menyambut kesepakatan ini dengan suka cita. Perang dagang bisa dihindari dan pertumbuhan ekonomi dunia selamat dari sebuah ancaman besar.
"Terobosan telah dicapai, terobosan yang dapat menghindarkan dari perang dagang dan menyelamatkan jutaan lapangan kerja! Sangat baik untuk perekonomian dunia," tutur Peter Altmaier, Menteri Ekonomi Jerman, melalui Twitter.
Selain itu, investor juga menantikan hasil pertemuan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang akan menentukan suku bunga acuan dan arah kebijakan moneter. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ECB masih akan menahan suku bunga acuan refinancing rate di 0%.
Namun, investor menantikan pernyataan Presiden ECB Mario Draghi seputar normalisasi kebijakan moneter. Draghi diperkirakan tidak menyebutkan waktu yang tepat kapan ECB akan mulai menaikkan suku bunga acuan, tetapi kemungkinan akan ada kata-kata yang bisa menjadi sinyal seperti 'mengantisipasi', 'risiko', atau 'perang dagang'.
Sambil menantikan hasil rapat ECB, investor merapat ke Eropa. Aliran modal ini menjadi faktor yang mendukung penguatan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular