
Diselimuti Sentimen Positif, Bursa Saham Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 July 2018 17:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan hari ini: indeks Hang Seng naik 0,9%, indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Strait Times naik 1,04%, indeks SET (Thailand) naik 0,95%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,05%.
Berbagai sentimen positif menyelimuti jalannya perdagangan, seperti positifnya kinerja Wall Street pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 naik 0,48%, dan Nasdaq naik 0,47%.
Penyebab utama penguatan Wall Street adalah kinerja emiten yang solid. Saham Alphabet Inc, perusahaan induk dari Google, melonjak hingga 3,89% dan menjadi motor utama bagi penguatan Wall Street.
Pada kuartal II-2018, laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Alphabet mencapai US$ 10,58, di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$ 9,52. Pendapatan yang mencapai US$ 32,66 miliar pun berada di atas konsensus yang memperkirakan di angka US$ 32,17 miliar.
Positifnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam mengindikasikan bahwa perang dagang yang dimulai oleh Presiden Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya belum berdampak signifikan kepada sektor riil.
Berbicara mengenai perang dagang, perkembangannya juga terbilang cukup positif. Walaupun pemerintahan AS masih bersikeras untuk menerapkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, mereka juga menyiapkan kompensasi guna memitigasi dampak negatif yang akan timbul.
Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa pemerintah AS berencana untuk memberikan bantuan hingga US$ 12 miliar kepada para petani dan peternak di AS yang terdampak oleh perang dagang, seperti dikutip dari Reuters.
Paket bantuan ini dimaksudkan guna mendukung para petani dan peternak dalam jangka pendek sembari AS dan China melakukan negosiasi terkait masalah-masalah di bidang perdagangan.
Sebagai catatan, produk-produk agrikultur AS seperti kedelai, produk susu, dan daging memang menjadi sasaran dari negara-negara yang tak senang dengan kebijakan dagang AS.
"Ini merupakan solusi jangka pendek yang akan memberikan Presiden Trump waktu untuk mengusahakan kebijakan perdagangan jangka panjang," papar Perdue.
Kebijakan ini lantas semakin meyakinkan investor bahwa setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu ke depan, perang dagang belum akan mempengaruhi perekonomian AS secara signifikan.
Kemudian, sentimen positif juga datang dari janji pemerintah China untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut termasuk relaksasi perpajakan dan peningkatan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Berbagai sentimen positif menyelimuti jalannya perdagangan, seperti positifnya kinerja Wall Street pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 naik 0,48%, dan Nasdaq naik 0,47%.
Penyebab utama penguatan Wall Street adalah kinerja emiten yang solid. Saham Alphabet Inc, perusahaan induk dari Google, melonjak hingga 3,89% dan menjadi motor utama bagi penguatan Wall Street.
Positifnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam mengindikasikan bahwa perang dagang yang dimulai oleh Presiden Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya belum berdampak signifikan kepada sektor riil.
Berbicara mengenai perang dagang, perkembangannya juga terbilang cukup positif. Walaupun pemerintahan AS masih bersikeras untuk menerapkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, mereka juga menyiapkan kompensasi guna memitigasi dampak negatif yang akan timbul.
Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa pemerintah AS berencana untuk memberikan bantuan hingga US$ 12 miliar kepada para petani dan peternak di AS yang terdampak oleh perang dagang, seperti dikutip dari Reuters.
Paket bantuan ini dimaksudkan guna mendukung para petani dan peternak dalam jangka pendek sembari AS dan China melakukan negosiasi terkait masalah-masalah di bidang perdagangan.
Sebagai catatan, produk-produk agrikultur AS seperti kedelai, produk susu, dan daging memang menjadi sasaran dari negara-negara yang tak senang dengan kebijakan dagang AS.
"Ini merupakan solusi jangka pendek yang akan memberikan Presiden Trump waktu untuk mengusahakan kebijakan perdagangan jangka panjang," papar Perdue.
Kebijakan ini lantas semakin meyakinkan investor bahwa setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu ke depan, perang dagang belum akan mempengaruhi perekonomian AS secara signifikan.
Kemudian, sentimen positif juga datang dari janji pemerintah China untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut termasuk relaksasi perpajakan dan peningkatan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Asia Terbelah oleh Perkembangan China- Amerika, Nikkei Ngacir
Most Popular