
Pemerintah China Mulai Ekspansif, Bursa Asia Ditutup Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2018 16:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah kemarin berada dalam tekanan, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan hari ini: indeks Kospi naik 0,48%, indeks Hang Seng naik 1,44%, indeks Nikkei naik 0,51%, dan indeks Shanghai naik 1,62%.
Angin segar bagi bursa saham Benua Kuning datang dari China. Pemerintah China pada hari ini berjanji untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi, seiring dengan melemahnya laju ekonomi Negeri Panda.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Ditambah dengan sedang meredanya kekhawatiran mengenai perang dagang lantaran belum ada perkembangan terbaru, bursa saham Asia menjadi memiliki momentum untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Angin segar bagi bursa saham Benua Kuning datang dari China. Pemerintah China pada hari ini berjanji untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi, seiring dengan melemahnya laju ekonomi Negeri Panda.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Ditambah dengan sedang meredanya kekhawatiran mengenai perang dagang lantaran belum ada perkembangan terbaru, bursa saham Asia menjadi memiliki momentum untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Most Popular