
Rupiah Melemah, IHSG Hijau Tapi Tak Bisa Manfaatkan Momentum
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2018 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,27% ke level 5.931,84 pada perdagangan hari ini. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Kospi naik 0,48%, indeks Hang Seng naik 1,44%, indeks Nikkei naik 0,51%, dan indeks Shanghai naik 1,62%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,67 triliun dengan volume sebanyak 10,41 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 366.757 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,95%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,75%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+6,02%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+4,27%), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (+1,81%).
Angin segar bagi bursa saham Benua Kuning datang dari China. Pemerintah China pada hari ini berjanji untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi, seiring dengan melemahnya laju ekonomi Negeri Panda.
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Namun, IHSG tak bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan baik, seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sempat menguat hingga ke level 5.945,85 (+0,51% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 23/7/2018), pelemahan rupiah terbukti membuat IHSG tak bisa menguat banyak-banyak.
Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,28% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.525. Pelemahan rupiah merupakan hasil dari semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve, seiring dengan serangan oleh Presiden Donald Trump terhadap the Fed.
Trump menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini. Alhasil, rupiah menjadi tak memiliki pijakan untuk menguat.
Sisi positifnya, investor asing masih membukukan beli bersih senilai Rp 288,4 miliar. 5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 29,3 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 28,6 miliar), PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 25,5 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 20,7 miliar), dan PT Malindo Feedmill Tbk/MAIN (Rp 19,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perbankan Diproyeksi Tumbuh Stagnan
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,67 triliun dengan volume sebanyak 10,41 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 366.757 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,95%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,75%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+6,02%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+4,27%), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (+1,81%).
Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.
Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.
Sepanjang tahun ini, bursa saham China tertekan salah satunya oleh usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.
Namun, IHSG tak bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan baik, seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sempat menguat hingga ke level 5.945,85 (+0,51% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 23/7/2018), pelemahan rupiah terbukti membuat IHSG tak bisa menguat banyak-banyak.
Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,28% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.525. Pelemahan rupiah merupakan hasil dari semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini oleh the Federal Reserve, seiring dengan serangan oleh Presiden Donald Trump terhadap the Fed.
Trump menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini. Alhasil, rupiah menjadi tak memiliki pijakan untuk menguat.
Sisi positifnya, investor asing masih membukukan beli bersih senilai Rp 288,4 miliar. 5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 29,3 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 28,6 miliar), PT MNC Land Tbk/KPIG (Rp 25,5 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 20,7 miliar), dan PT Malindo Feedmill Tbk/MAIN (Rp 19,9 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perbankan Diproyeksi Tumbuh Stagnan
Most Popular