
Jelang Lelang, Pasar Obligasi RI Berpotensi 'Melempem'
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
24 July 2018 11:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah naik tipis menjelang lelang surat utang pemerintah hari ini. Lelang obligasi hari ini berpotensi kurang semarak karena faktor eksternal dan domestik.
Berdasarkan data Reuters, seri acuan tenor menengah 10 tahun dan 15 tahun mengalami penguatan harga dan menurunkan tingkat imbal hasil (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield Surat Berharga Negara (SBN) FR0064 yang bertenor 10 tahun turun 3 basis poin (bps) menjadi 7,8% dan FR0065 yang bertenor 15 tahun turun 1 bps menjadi 8,08%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain yaitu tenor pendek 5 tahun dan seri tenor panjang 20 tahun cenderung statis karena pergerakan yield-nya tidak sampai 1 bps.
Hari ini, Kementerian Keuangan akan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan target maksimal penerbitan Rp 6 triliun. Ada dua seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS) yang dilelang bersama empat seri sukuk berbasis proyek (Project Based Sukuk/PBS).
Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengeksekusi lelang SBI dan SBI syariah perdana sejak akhir 2016 dengan raihan minat penawaran Rp 15,12 triliun dan memenangkan Rp 6,86 triliun di antaranya. Padahal, hadirnya kembali lelang SBI dan SBIS tersebut dikhawatirkan dapat mengurangi fokus investor ke SBN, dan secara umum akan semakin mengeringkan likuiditas di pasar. Dampak dari keringnya likuiditas adalah bentuk tidak langsung ancaman terhadap pertumbuhan kredit, pembiayaan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi.
Sementara dari luar, faktor yang membebani pasar obligasi lokal adalah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat terhadap mata uang Asia setelah sempat naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Penguatan dolar AS dan naiknya yield US Treasury terjadi setelah adanya komentar balasan bank sentral AS terhadap pernyataan Donald Trump. Komenter balasan the Federal Reserve tersebut menegaskan kebijakan moneter tetap pada jalurnya, yang berencana menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga total penaikan suku bunga menjadi empat kali tahun ini.
Nilai tukar rupiah melemah signifikan melebihi level psikologis Rp 14.500. Mata uang garuda melemah 70 poin (0,48%) menjadi Rp 14.555 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Berdasarkan data Reuters, seri acuan tenor menengah 10 tahun dan 15 tahun mengalami penguatan harga dan menurunkan tingkat imbal hasil (yield). Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield Surat Berharga Negara (SBN) FR0064 yang bertenor 10 tahun turun 3 basis poin (bps) menjadi 7,8% dan FR0065 yang bertenor 15 tahun turun 1 bps menjadi 8,08%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain yaitu tenor pendek 5 tahun dan seri tenor panjang 20 tahun cenderung statis karena pergerakan yield-nya tidak sampai 1 bps.
![]() |
Hari ini, Kementerian Keuangan akan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan target maksimal penerbitan Rp 6 triliun. Ada dua seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS) yang dilelang bersama empat seri sukuk berbasis proyek (Project Based Sukuk/PBS).
Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengeksekusi lelang SBI dan SBI syariah perdana sejak akhir 2016 dengan raihan minat penawaran Rp 15,12 triliun dan memenangkan Rp 6,86 triliun di antaranya. Padahal, hadirnya kembali lelang SBI dan SBIS tersebut dikhawatirkan dapat mengurangi fokus investor ke SBN, dan secara umum akan semakin mengeringkan likuiditas di pasar. Dampak dari keringnya likuiditas adalah bentuk tidak langsung ancaman terhadap pertumbuhan kredit, pembiayaan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi.
Sementara dari luar, faktor yang membebani pasar obligasi lokal adalah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat terhadap mata uang Asia setelah sempat naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Penguatan dolar AS dan naiknya yield US Treasury terjadi setelah adanya komentar balasan bank sentral AS terhadap pernyataan Donald Trump. Komenter balasan the Federal Reserve tersebut menegaskan kebijakan moneter tetap pada jalurnya, yang berencana menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga total penaikan suku bunga menjadi empat kali tahun ini.
Nilai tukar rupiah melemah signifikan melebihi level psikologis Rp 14.500. Mata uang garuda melemah 70 poin (0,48%) menjadi Rp 14.555 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular