
Kas Berlebih, Bukit Asam Tak Berencana Terbitkan Global Bond
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
23 July 2018 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) belum berencana menerbitan obligasi global (global bond) untuk menambah modal investasi dan pengembangan usaha. Perseroan punya kas yang relatif besar sehigga dirasa tidak perlu menggalang dana dari pasar keuangan.
Direktur Utama Perseroan Arviyan Arifin mengatakan hingga semester I-2018 nilai kas perseroan Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Nilai tersebut masih cukup besar untuk investasi yang harus dikeluarkan PTBA.
"Dengan naik nya harga minyak brent di pasar sebenarnya cost kami naik karena harga bahan bakar, tapi cost dengan AS Dollar kami juga kecil hanya sekitar seperempat. Namun karena income kami 100% itu AS Dollar maka kami dapet windfall disitu," ungkap Arviyan di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Senin (23/7/18).
Jual Kuota DMOPada kesempatan yang sama, Arviyan juga menjelaskan rencana menjual kuota penjualan batu bara untuk domestik (domestic market obligation/DMO) kepada perusahaan yang tidak dapat memunuhi pasokan sesuai aturan 25%.
Arviyan menjelaskan tahun ini komposisi penjualan domestik diperkirakan mencapai 53% atau 13,74 juta ton dimana sekitar 25% digunakan perseroan untuk pemenuhan DMO kepada PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) Persero.
"Jadi nanti akan diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait policy dari transfer kuota. Ini juga sebagai salah satu strategi dari efek DMO yang mulai berlaku pada akhir Maret 2018 kemarin," ujar Arviyan.
Namun hingga sekarang perseroan belum menyampaikan perusahaan yang akan menerima transfer kuota tersbut. Namun, harga yang akan ditawarkan perusahaan tersebut setara dengan harga pasar batu bara atau ekspor sehingga tetap akan memberikan keuntungan bagi perseroan.
"Jadi kan ada harga selisih sama harga DMO tuh ya mekanismenya kita dapat untung dari harga selisih itu. Ibaratnya ini kita yang diincar bukan kita yang incar, daripada perusahaan itu berhenti produksi karena kekurangan DMO," tambah Arviyan.
Sementara itu, untuk merealisasikan target penjualan tahun ini, perseroan juga berencana untuk melakukan penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market. Langkah tersebut ditempuh karena demand batu bara yang positif khususnya di wilayah Asia Tenggara dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di lokasi tersebut.
"Pada Juli ini target 200 atau 300 ribu ton sampai akhir tahun target penjualan high calorie itu satu juta ton. Semua di eskpor dari awal produksi batu bara jenis tersebut sudah ada pembeli dari Jepang saat produksi kita terhenti di 2017," tambah Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Fuad Iskandar Zulkarnain.
(hps/hps) Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%
Direktur Utama Perseroan Arviyan Arifin mengatakan hingga semester I-2018 nilai kas perseroan Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Nilai tersebut masih cukup besar untuk investasi yang harus dikeluarkan PTBA.
"Dengan naik nya harga minyak brent di pasar sebenarnya cost kami naik karena harga bahan bakar, tapi cost dengan AS Dollar kami juga kecil hanya sekitar seperempat. Namun karena income kami 100% itu AS Dollar maka kami dapet windfall disitu," ungkap Arviyan di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Senin (23/7/18).
Jual Kuota DMO
"Jadi nanti akan diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait policy dari transfer kuota. Ini juga sebagai salah satu strategi dari efek DMO yang mulai berlaku pada akhir Maret 2018 kemarin," ujar Arviyan.
Namun hingga sekarang perseroan belum menyampaikan perusahaan yang akan menerima transfer kuota tersbut. Namun, harga yang akan ditawarkan perusahaan tersebut setara dengan harga pasar batu bara atau ekspor sehingga tetap akan memberikan keuntungan bagi perseroan.
"Jadi kan ada harga selisih sama harga DMO tuh ya mekanismenya kita dapat untung dari harga selisih itu. Ibaratnya ini kita yang diincar bukan kita yang incar, daripada perusahaan itu berhenti produksi karena kekurangan DMO," tambah Arviyan.
Sementara itu, untuk merealisasikan target penjualan tahun ini, perseroan juga berencana untuk melakukan penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market. Langkah tersebut ditempuh karena demand batu bara yang positif khususnya di wilayah Asia Tenggara dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di lokasi tersebut.
"Pada Juli ini target 200 atau 300 ribu ton sampai akhir tahun target penjualan high calorie itu satu juta ton. Semua di eskpor dari awal produksi batu bara jenis tersebut sudah ada pembeli dari Jepang saat produksi kita terhenti di 2017," tambah Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Fuad Iskandar Zulkarnain.
(hps/hps) Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%
Most Popular