Trump, The Fed, Hingga Lelang SBI Tentukan Nasib Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2018 12:35
Trump, The Fed, Hingga Lelang SBI Tentukan Nasib Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat, meski penguatannya mulai terbatas. Faktor eksternal dan domestik ikut menopang penguatan rupiah. 

Pada Senin (23/7/2018) pukul 12:06 WIB, US$ 1 di pasar spot dibanderol Rp 14.465. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Rupiah dibuka menguat 0,35%. Namun seiring perjalanan, penguatan rupiah mulai tergerus meski masih bertahan di teritori positif. 

Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 14.475/US$. Sementara terkuatnya di Rp 14.420/US$. 

Reuters

Dolar AS sejauh ini masih cenderung melemah terhadap mata uang utama Asia. Namun penguatan mata uang Asia mulai berkurang. Bahkan ada beberapa mata uang yang sudah melemah terhadap dolar AS. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 12:14 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,95+0,40
Yuan China6,76+0,12
Won Korea Selatan1.128,40-0,13
Dolar Taiwan30,60-0,05
Dolar Hong Kong7,85+0,01
Rupee India68,72+0,01
Dolar Singapura1,36+0,10
Baht Thailand33,32-0,03
Peso Filipina53,45-0,28
 
Dolar AS sempat defensif akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump menilai pengetatan moneter oleh The Federal Reserve/The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, akibatnya ekspor AS kurang kompetitif. 

"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter. 

Pernyataan ini lagi-lagi menimbulkan kekhawatiran di pasar. Investor khawatir independensi bank sentral bisa diterobos oleh kebijakan Trump yang cenderung proteksionis. Intervensi pemerintah terhadap bank sentral adalah hal yang agak haram di dunia keuangan, sehingga membuat pelaku pasar cemas. 

Namun The Fed cukup tenang menghadapi serangan Trump. Bahkan mereka dengan tegas menolak segala bentuk intervensi politik dalam kebijakan moneter. 

"Kami tidak memasukkan faktor politik dalam pertimbangan (kebijakan)," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam sebuah acara radio, dikutip dari Reuters. 

"Orang-orang boleh berkomentar, termasuk Bapak Presiden dan para politisi lainnya. Namun keputusan dan kebijakan terbaik ditentukan oleh Komite," kata James Bullard, Presiden The Fed St Louis. 

Komentar para petinggi The Fed ini bisa melegakan pasar bahwa bank sentral AS akan tetap pada arah kebijakan yang sudah diperkirakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan dua kali sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018. 

Perkembangan ini bisa menjadi suntikan energi bagi dolar AS. Dengan sokongan penuh dari The Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar masih akan terjadi dan mendorong laju greenback. Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini memperkenalkan instrumen baru tapi lama. Setelah cukup lama 'ditidurkan', BI kembali melelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Hari ini, yang dilelang adalah tenor 9 dan 12 bulan. 

Reaktifasi SBI bertujuan untuk memperkaya instrumen bagi investor, terutama asing. Masuknya dana asing akan menjadi fondasi penguatan rupiah. 


Lelang sudah ditutup pada tengah hari ini, dan belum ada pengumuman dari BI. Namun melihat rupiah yang masih menguat, sepertinya permintaan terhadap SBI lumayan besar. Dana-dana yang masuk di lelang ini bisa menjaga rupiah agar tidak terpeleset ke zona negatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular