Rupiah Menguat di Kurs Acuan, Tapi Terancam di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 July 2018 10:28
Rupiah Menguat di Kurs Acuan, Tapi Terancam di Pasar Spot
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup signifikan di kurs acuan. Sementara di pasar spot, rupiah masih menguat meski semakin terbatas. 

Pada Senin (23/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.454. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan akhir pekan lalu. 

Jisdor (Reuters)

Di pasar spot, US$ 1 pada pukul 10:07 WIB berada di Rp 14.466. Rupiah masih menguat, tetapi tinggal 0,06%. Saat pembukaan, rupiah menguat 0,35%. 

Pada pukul 10:16 WIB, rupiah semakin tergerus. Penguatan rupiah tinggal tersisa 0,03%. 

Sepertinya dolar AS mulai kembali mengaum. Beberapa mata uang Asia, seperti halnya rupiah, penguatannya mulai tergerus. Bahkan ada beberapa yang sudah terjerembab ke teritori negatif. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:18 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,92+0,42
Yuan China6,76+0,06
Won Korea Selatan1.127,65-0,07
Dolar Taiwan30,60-0,04
Dolar Hong Kong7,85+0,02
Rupee India68,73+0,41
Dolar Singapura1,36+0,06
Baht Thailand33,34-0,06
Peso Filipina53,43-0,25
 

Dolar AS sempat defensif akibat pernyataan Presiden AS Donald Trump menilai pengetatan moneter oleh The Federal Reserve/The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, akibatnya ekspor AS kurang kompetitif. 

"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter. 

Pernyataan ini lagi-lagi menimbulkan kekhawatiran di pasar. Investor khawatir independensi bank sentral bisa diterobos oleh kebijakan Trump yang cenderung proteksionis. Intervensi pemerintah terhadap bank sentral adalah hal yang agak haram di dunia keuangan, sehingga membuat pelaku pasar cemas. 

Namun The Fed cukup tenang menghadapi serangan Trump. Bahkan mereka dengan tegas menolak segala bentuk intervensi politik dalam kebijakan moneter. 

"Kami tidak memasukkan faktor politik dalam pertimbangan (kebijakan)," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam sebuah acara radio, dikutip dari Reuters. 

"Orang-orang boleh berkomentar, termasuk Bapak Presiden dan para politisi lainnya. Namun keputusan dan kebijakan terbaik ditentukan oleh Komite," kata James Bullard, Presiden The Fed St Louis. 

Komentar para petinggi The Fed ini bisa melegakan pasar bahwa bank sentral AS akan tetap pada arah kebijakan yang sudah diperkirakan, yaitu menaikkan suku bunga acuan dua kali sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018. 

Perkembangan ini bisa menjadi suntikan energi bagi dolar AS. Dengan sokongan penuh dari The Fed, kenaikan suku bunga kemungkinan besar masih akan terjadi dan mendorong laju penguatan greenback.  

Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di AS menjadi menarik karena memperoleh imbal hasil yang lebih. Aliran modal masuk ini akan menjadi fondasi bagi penguatan dolar AS. 

Jika benar dolar AS akan menguat, maka mata uang lainnya akan terancam. Rupiah pun bisa tertekan bila dolar AS kembali garang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular